BAB 1
SISTEM EKONOMI
Target:
1.
Perbedaan
sistem ekonomi yang ada dan peran pemerintah di dalamnya
2.
Perbedaan yang
dimiliki sistem Islam yang ideal dibanding sistem pasar kapitalis Barat
3.
Peran pasar dan
bedanya antara sistem Islam dan sistem pasar kapitalis
4.
Institusi dan
pentingnya bagi kemakmuran ekonomi
5.
Apapun
sistemnya, pemerintah punya peran penting
Sistem ekonomi
dapat diklasifikasikan ke dalam lima bentuk, yaitu sistem ekonomi tradisional,
kapitalis dengan sistem ekonomi pasar murni, kapitalis dengan sistem ekonomi
campuran, sistem ekonomi sosialis campuran dan sistem ekonomi terencana (terkomando).
1.
Sistem
ekonomi tradisional
Sistem ekonomi
ini berjalan di daerah Negara berkembang yang mayoritas kegiatannya adalah
pertanian. Pada sistem ini, intervensi pemerintah sangat terbatas karena
ekonomi bergantung pada tradisi, budaya, dan agama. Transaksi dalam sistem ini
masih menggunakan sistem barter.
Di sejumlah Negara
berkembang, di daerah tertentu, sistem ini masih dijalankan hingga hari ini
meskipun secara nasional sistem ekonomi yang digunakan berbeda.
2.
Sistem
ekonomi kapitalis (pasar murni)
Sistem ekonomi
kapitalis pasar murni merupakan sistem ekonomi ala Adam Smith di mana pasar
secara mandiri bisa mengatur dirinya sendiri, tidak memerlukan regulasi ataupun
intervensi pemerintah. Dalam pandangan sistem ekonomi ini, hasil terbaik
diperoleh dari tindakan individual dan indenpenden para penjual dan pembeli
yang membentuk harga.
Asal mula
sistem ekonomi kapitalisme adalah sistem ekonomi yang murni didasarkan pada
kekuatan pasar. Kekuatan tarik menarik antara antara produsen dan konsumen
hingga membentuk harga. Jika ditanya, sistem ini tidak lagi ada di manapun hari
ini.
3.
Sistem
ekonomi kapitalis (campuran)
Dalam sistem
ekonomi ini, kehadiran pemerintah diperlukan sebagai ‘wasit’ dalam rangka
menjaga agar aturan pasar dihargai dan untuk menghindari berbagai dampak
negatif karena pasar hanyalah media efektifitas kerja, bukan sebuah ideologi.
Hak properti
pribadi serta keamanan kontrak dan perkembangan bisnis memerlukan keamanan dan
kepercayaan. Kondisi ini akan menjadi bermasalah jika tidak disertai keberadaan
pemerintah sebagai "wasit". Regulasi, supervisi dan penguatan dari
pemerintah diperlukan agar bisnis tidak korup dan penentuan harga tidak
merugikan konsumen dan masyarakat secara menyeluruh Keberadaan pemerintah juga
menjadi media pemerataan ekonomi.
4.
Sistem
ekonomi sosialis campuran
Sistem ekonomi
ini merupakan bentuk sistem ekonomi pasar campuran yang telah mengadopsi
paradigm sosialis dalam menghadapi persoalan ketimpangan pendapatan,
kemiskinan, ketidakpuasan dan persoalan sosial lainnya.
Ketika
intervensi pemerintah dirasa belum cukup mengatasi persoalan utama ekonomi
seperti ketimpangan, kemiskinan, kesejahteraan, maka diperlukan perluasan peran
negara dan peran pasar dipersempit. Kepentingan sosial jadi prioritas sehingga
sektor-sektor utama seperti perbankan, pendidikan, energi dan kesehatan
dinasionalisasi. Sasarannya adalah kesejahteraan sosial.
5.
Sistem
ekonomi terencana
Bertolak
belakang dengan sistem ekonomi pasar murni, sistem ekonomi ini sepenuhnya
ditentukan oleh Negara atau perencana lain yang ditunjuk oleh Negara.
Tidak ada yang
namanya hak properti pribadi. Properti dan sumber daya, secara kolektif
dimiliki oleh kelompok atau negara. Negara atau perencanalah yang menentukan
brang akhir yang akan diproduksi, jumlah upah yang dikeluarkan hingga
remunerasi pendapatan. Namun pada praktiknya, sama seperti "invisible
hand" pada pure market system, tidak ada perencana termasuk negara yang
bisa memprediksi permintaan konsumen akan barang dan jasa yang akan diproduksi.
Oleh sebab itulah, sistem ini berakhir setelah PD II d Uni Soviet dan China.
SISTEM EKONOMI GLOBAL SEKARANG
Di zaman
sekarang, tidak ada yang namanya sistem ekonomi pasar murni. Harus ada
intervensi pemerintah sehingga yang ada adalah sistem ekonomi pasar campuran.
Sistem ekonomi
pasar campuran pada dasarnya masih menyisakan persoalan, yakni seberapa jauh
intervensi pemerintah dalam sistem ekonomi. Kalangan atas tentunya mengharapkan
intervensi pemerintah yang terbatas dan pajak yang rendah agar mereka dapat
memaksimalkan keuntungan bagi diri mereka. Sebaliknya, kalangan bawah tentu
saja menginginkan intervensi pemerintah secara luas untuk mengatasi kesenjangan
kesempatan, kesenjangan kekayaan dan keberadaan jaring pengaman sosial.
Kritik utama terhadap sistem ekonomi pasar campuran ada lima, yaitu ketimpangan kekayaan semakin besar, krisis keuangan yang diiringi semakin banyaknya pengangguran, dan semakin sulitnya kehidupan bagi orang miskin, pertumbuhan ekonomi mengenyampingkan aspek kemanusiaan dan kesejahteraan, asumsi tidak rasional untuk kepentingan pribadi rasional, dan degradasi lingkungan yang berkelanjutan.
Kritik utama terhadap sistem ekonomi pasar campuran ada lima, yaitu ketimpangan kekayaan semakin besar, krisis keuangan yang diiringi semakin banyaknya pengangguran, dan semakin sulitnya kehidupan bagi orang miskin, pertumbuhan ekonomi mengenyampingkan aspek kemanusiaan dan kesejahteraan, asumsi tidak rasional untuk kepentingan pribadi rasional, dan degradasi lingkungan yang berkelanjutan.
1.
Disparitas
pendapatan dan kekayaan semakin bertambah
Instrumen
paling sering digunakan untuk mengukur distribusi pendapatan di dunia adalah
indeks Gini di mana angka 0 menunjukkan ekualitas yang sempurna sementara angka
100 menunjukkan inekualitas total (kesenjangan pendapatan total, 1 orang
memperoleh pendapatan senilai pendapatan seluruh penduduk 1 negara).
Instrumen lain
yang digunakan untuk mengukur inekualitas (kesenjangan) adalah kepemilikan
kekayaan (harta). Sebagai contoh, kepemilikan harta penduduk U.S.. Persentase
terbesar setiap tahunnya berada di tangan 1% (kalangan atas) sementara total
kekayaan 99% (kalangan menengah ke bawah) persentasenya lebih kecil.
Berdasarkan 2
pengukuran ini dapat dilihat betapa kesenjangan ekonomi masih terus berlanjut
dalam sistem yang sudah sangat mapan sekalipun. Lantas bagaimana dengan sistem
ekonomi Islam? Apa yang akan berbeda jika sistem ini diterapkan dalam ekonomi
sebuah negara? Jika tidak berbeda apakah sistemnya yang salah?
2.
Ekonomi
dan sistem keuangan yang tidak stabil.
Kritik lain
yang diterima sistem ekonomi pasar campuran adalah krisis keuangan yang terus
berulang dan kondisi ekonomi yang semakin berat, terutama bagi mereka dengan
pendapatan rendah atau kalangan bawah.
Krisis keuangan
yang terjadi mengakibatkan kepanikan, hilangnya kepercayaan konsumen dan
bisnis, resesi dan depresi ekonomi berkelanjutan, tingkat pengangguran yang
semakin tinggi dan dampak buruknya terhadap individu dan kondisi masyarakat.
Kondisi ini disebabkan oleh sistem ekonomi yang sangat bergantung pada dana cadangan perbankan dan utang di mana perbankan menciptakan uang lewat pinjaman kemudian investor dan konsumen memanfaatkan uang tersebut untuk investasi dan konsumsi. Pada titik inilah resesi dan depresi dimulai, ketika utang melampaui batas yang bisa dibayar dan begitu seterusnya hingga menyebabkan kepanikan ekonomi.
Kondisi ini disebabkan oleh sistem ekonomi yang sangat bergantung pada dana cadangan perbankan dan utang di mana perbankan menciptakan uang lewat pinjaman kemudian investor dan konsumen memanfaatkan uang tersebut untuk investasi dan konsumsi. Pada titik inilah resesi dan depresi dimulai, ketika utang melampaui batas yang bisa dibayar dan begitu seterusnya hingga menyebabkan kepanikan ekonomi.
3.
Terbengkalainya
dimensi kesejahteraan manusia dalam perkembangan ekonomi
Kritik
selanjutnya yang ditujukan untuk sistem ekonomi pasar campuran adalah persoalan
fokus pada Produk Nasional Bruto bukan pada kebahagaian dan kesejahteraan
individu dan masyarakat secara keseluruhan.
Ketika PNB
menjadi fokus, maka manusia tidak menjadi akhir atau sasaran dari proses
ekonomi melainkan sebatas menjadi salah satu input untuk produksi ekonomi
sementara sasarannya adalah seberapa banyak barang dan jasa yang diproduksi.
Akibatnya, sasaran seperti kesejahteraan manusia, kebebasan mencapai keinginan
individu, kohesi sosial akhirnya dikesampingkan.
Manusia
seharusnya menjadi tujuan dan akhir dari sebuah proses perkembangan ekonomi,
tidak semata menjadi input sebagai tenaga kerja atau modal manusia. Untuk itu
kemudian dikembangkan instrumen yang disebut Human Develooment Index (HDI) yang
memberikan indikasi perkembangan manusia pada level masyarakat dengan
memperhitungkan 3 variabel: PNB per kapita yang dihitung berdasar daya beli
ril, tingkat literasi dan harapan hidup setiap kelahiran.
4.
Asumsi
irasional dari kepentingan pribadi yang rasional
Setiap orang
secara rasional mengejar kepentingan ekonomi mereka sekaligus didorong oleh
motivasi non-ekonomi yang disebut Keynes sebagai ‘animal spirit.’
Konsep 'animal
spirit' mengacu pada unsur ekonomi yang tidak konsisten dan tidak berkesudahan.
Menurut Akerlof dan Shiller, konsep ini mengandung 5 aspek yang berpengaruh
terhadap keputusan ekonomi, yaitu keyakinan yang berasal dari kepercayaan dasar
yang dimiliki seseorang satu sama lain, terhadap pasar dan Negara; keadilan
yang fokus pada pengaturan upah dan harga; korupsi dan prilaku anti-sosial yang
ikut berperan dalam aktivitas ekonomi dan mempengaruhi aktivitas tersebut; ilusi
uang yang mengacu pada fakta bahwa setiap orang ditipu oleh nilai nominal
variabel ekonomi sehingga lebih risau akan angka inflasi atau deflasi bukan
risau akan efek keduanya; dan cerita, yakni sens akan identitas diri yang
dimiliki seseorang tentang dirinya, ekonomi dan masyarakatnya. Sens manusia
akan realitas siapa dirinya dan apa yang dilakukannya saling terkait dengan
cerita hidup kita dan orang lain.
5.
Dampak
negatif terhadap lingkungan
Degradasi
lingkungan secara terus menerus terjadi karena sistem ekonomi global tidak
mampu memelihara lingkungan dalam berbagai aktivitas ekonomi.
Dalam proses
ekonomi, dampak buruk terhadap lingkungan merupakan hal tidak terelakkan yang
sering terlupakan. Sebagai contoh, pengendara kendaraan bermotor barangkali
membayar untuk setiap liter bahan bakar yang mereka gunakan, tapi mereka tidak
mengeluarkan biaya se sen pun untuk polusi yang ditimbulkan oleh bahan bakar
kendaraan yang mereka gunakan. Begitu juga aktivitas ekonomi lain yang tentunya
berdampak negatif terhadap lingkungan. Dan dampak negatif tersebut diwariskan
dari generasi ke generasi.
PARADIGMA EKONOMI ISLAM
Islam merupakan
sebuah sistem berbasis aturan dengan metode yang telah ditentukan untuk manusia
dan masyarakat dalam rangka mencapai kemajuan material dan non-material. Fondasi
sistem ekonomi Islam telah ada berabad-abad lalu termaktub dalam al-Qur’an dan
dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW semasa hidup beliau.
Rancang bangun ekonomi
Islam berasal dari: 1. Ekstraksi aturan yang menentukan sistem ekonomi Islam yang
ideal dan implikasi ekonomisnya dari al-Qur’an dan Sunnah Nabi, 2. Mempelajari rancang
bangun tersebut dalam ekonomi kontemporer dan menentukan tingkat deviasi antara
rancang bangun dan ekonomi Islam yang ideal, 3. Merumuskan rekomendasi
kebijakan untuk menjembatani gap antara keduanya.
Sistem ekonomi
Islam merupakan sebuah sistem berbasis pasar yang mana pasar dipandang sebagai
mekanisme terbaik dan paling efisien dalam proses alokasi sumber daya (produksi
dan konsumsi). Agar dapat berjalan secara efisien, pasar memerlukan aturan
untuk menjaga setiap unsur yang terlibat di pasar (pekerja, investor, produsen
dan konsumen) dan harus dikelola dengan aturan yang tegas.
Bentuk aturan
paling utama yang termaktub dalam al-Qur’an dan Sunnah adalah keadilan sehingga
setiap aktivitas yang dilakukan manusia dalam perkembangannya harus
mengutamakan keadilan. Dan tujuan ekonomi tidak bisa hanya diukur berdasarkan
Produk Nasional Bruto karena dalam Islam, tujuan ekonomi tidak sebatas tujuan
materi tapi mencakup juga dimensi spiritual, moral dan dimensi kesejahteraan
manusia secara keseluruhan.
SEJARAH SINGKAT PEMIKIRAN EKONOMI DALAM ISLAM
Sejarah pemikiran
ekonomi oleh Muslim dapat dikelompokkan ke dalam tiga periode:
1.
Periode I
berawal dari setelah hijrah hingga 450 H yang melahirkan fuqaha dan
filsuf. Pada periode ini, fuqaha memisahkan antara maslahah dan mafsadah
dalam aktivitas ekonomi.
2.
Periode II dari
450 H hingga 850 H yang dikenal sebagai masa keemasan pemikiran ekonomi Islam. Periode
ini melahirkan al-Ghazali, Ibn Taimiyah, dan Ibn Khaldun. Pemikiran al-Ghazali
di bidang ekonomi yakni setiap individu harus memenuhi kebutuhan dasar mereka
saja, tidak lebih dan tidak kurang. Ibn Taimiyah lebih fokus pada kebutuhan
masyarakat akan fondasi moral untuk melakukan aktivitas ekonomi. Sementara itu,
Ibn Khaldun menjelaskan alasan maju dan runtuhnya peradaban manusia, pembagian
kerja dan peran perdagangan dalam pertumbuhan ekonomi.
3.
Periode III
dari 850 H hingga 1350 H yang dipadangan sebagai masa stagnasi pemikiran
intelektual dan individual. Periode ini melahirkan salah satu tokoh yakni Shah
Waliyullah yang menjelaskan tentang rasionalitas aturan syariah untuk mengatasi
persoalan individu dan sosial. Dia meyakini bahwa pajak merupakan sebuah
kebijakan yang sangat penting bagi pemerintah untuk menyediakan dana yang cukup
untuk kebutuhan publik.