Penelitian
ini khusus membahas konsep audit dari perspektif
konvensional dan juga perspektif Islam agar
kompresi dapat dilakukan secara sama. Praktik audit akan lebih efisien dan
akuntabel jika berada di bawah lindungan pesan ketuhanan dan membuat auditor
berpikir bahwa dirinya akuntabel dalam pekerjaannya terhadap Allah SWT begitu
juga terhadap perusahaan dan pihak lain.
1.
Pendahuluan dan
Konsep Auditing
Audit berasal dari bahasa Latin “audire” yang berarti “mendengar”. Sementara dalam konsep modern audit merupakan
pemisahan kepemilikan dan kontrol. Auditor mensertifikasi informasi yang disediakan oleh manajemen perusahaan bagi stakeholder.
2.
Rumusan Masalah
Akuntansi
dan audit merupakan aspek umum kehidupan sehari-hari yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
beragam persoalan individu, sosial dan nasional.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah:
a.
Bagaimana
kita bisa mengatur persoalan tersebut?
b.
Bagaimana
mengidentifikasi konsep audit dari konvensional
dan Islam?
3.
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain:
a.
Membahas konsep
audit perspektif tradisional dan Islam (tujuan utama)
b.
Membandingkan
pemikiran tradisional dan Islam tentang
audit.
c.
Menyorot
literatur Islam terkait AAOIFI.
d.
Untuk mencapai
sebuah pemahaman tentang kebutuhan yang berkelanjutan akan profesional-profesional jika profesi audit dapat berkembang dizaman sekarang.
e.
Menjelaskan dan
memperkuat konsep audit dari sudut pandang Islam
khususnya al-Quran.
4.
Metodologi
Penelitian
ini menggunakan sumber literatur Islam yaitu Qur’an dan Sunnah, serta literatur
Bibel sebagai pembanding.
5.
Auditing Perspektif
Tradisional
“Audit merupakan pengujian independen dan
pengungkapan opini terkait laporan keuangan
sebuah perusahaan oleh seorang auditor guna memenuhi kewajiban sesuai kesepakatan
dengan manajemen dan sesuai dengan kewajiban relevan lainnya.”
Unsur-unsur audit berdasarkan definisi tersebut adalah:
a.
Pengujian
terpisah.
b.
Pengujian
terpisah terhadap laporan keuangan
c.
Verifikasi laporan
keuangan dan penentuan keakuratan serta keandalannya.
d.
Hasilnya adalah
pengungkapan opini melalui laporan audit.
6.
Asal dan
Perkembangan Auditing
a.
Peradaban
Mesopotamia 3600 SM: satu orang mencatat transaksi dan yang satu meringkasnya.
Diasumsikan bahwa ada satu orang lagi yang melakukan audit.
b.
Pharao
Mesir: audit dilakukan untuk dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kas keluar
(rekening pembayaran)
c.
Peradaban
Yunani: audit hanya ada pada pejabat publik terkait pengeluaran publik setelah
mereka pensiun
d.
Islam
(Khalifah Umar): sistem akuntansi dan audit yang lebi detil diterpakan yang
dikenal dengan nama Hisbah (kewenangan yang berbeda antar petugas untuk
menerima, membayar dan mencatat, kas atau barang-barang).
e.
Abad 14:
mulai berlaku internal audit
f.
Abad 18:
mulai ada audit profesional meskipun belum secara jelas terpenuhi kualifikasi,
tanggungjawab dan kuasa auditor.
7.
Keberagaman
Tujuan Auditing
Tujuan audit sangat berhubungan dengan tuntutan manajemen. Ada dua jenis tujuan audit:
a.
Tujuan audit
khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan.
b.
Tujuan audit
umum yang bisa dipakai untuk setiap akun neraca. Dalam tujuan
ini auditor memperhatikan aspek-aspek:
1)
Kebijakan secara
keseluruhan.
2)
Validitas.
3)
Kelengkapan.
4)
Kepemilikan.
5)
Evaluasi.
6)
Klasifikasi.
7)
Kontrak kerja
8)
Keakuratan.
9)
Pengungkapan.
8.
Audit Perspektif
Islam
Audit syariah merupakan pengujian kepatuhan
lembaga-lembaga keuangan terhadap syariah, dalam semua aktifitasnya terutama
laporan keuangan dan komponen operasional lainnya
yang berhubungan dengan risiko kepatuhan termasuk produk, teknologi pendukung operasi,
proses operasional, orang-orang yang terlibat dalam wilayah resiko, dokumentasi
dan kontak, kebijakan dan prosedur, dan aktivitas-aktivitas lain yang
membutuhkan kesesuaian dengan prinsip-prinsip syariah.
Dalam pandangan Islam, aktivitas audit tidak hanya fokus pada laporan keuangan tapi mencakup keseluruhan aspek kehidupan
orang-orang beriman.
a.
Self audit
merupakan audit terbaik yang mengindikasikan akuntabilitas diri seseorang
terhadap Allah dan merupakan petunjuk terbaik dan bermanfaat bagi
audit.
b.
Kualitas auditor
menurut pandangan etika dan Islam.
1)
Pandangan etika.
Menurut
konsep etika ada lima prinsip-prinsip etis:
a)
independen,
integritas dan objektifitas.
b)
Standar
kompetensi dan teknis.
c)
Tanggung jawab
terhadap klien.
d)
Tanggung jawab
terhadap teman-teman se-profesi
e)
Tanggung jawab
dan praktek lainnya.
9.
Kualitas Seorang
Auditor dalam Pandangan Islam
a.
Keadilan/
Kebenaran
b.
Kepercayaan
c.
Tindakan
Professional
d.
Keadilan
e.
Kecakapan dan
Efisiensi
f.
Ikhlas
g.
Tujuan yang
jelas
h.
Kompetensi
Profesional
i.
Kerahasiaan
10. Perbandingan
antara Pemikiran Tradisional dan Islam tentang Audit
No
|
Tradisional
|
Islam
|
1
|
Akuntabilitas
auditor hanya satu sisi yaitu kepada atasannya
|
Akuntabilitas
auditor tidak hanya kepada atasan tetapi juga kapada Allah
|
2
|
Karena
bekerja dibawah tuntutan atasan bisa jadi otentisitas laporan auditnya masih
dipertanyakan.
|
Melakukan
audit karena Allah maka dia tidak akan pernah disesatkan oleh kehendak
siapapun (kelompok apapun)
|
3
|
Ada
kemungkinan dilakukan audit ulang
|
Tidak
perlu audit ulang.
|
4
|
Auditor
berfikir dirinya independen
|
Auditor
merasa sebagai wakil Allah
|
11. Kesimpulan
dan Rekomendasi
a.
Audit dilakukan
secara efektif dan efisien.
b.
Alqur’an dan
hadist merupakan petunjuk terbaik dalam audit.
c.
Diperlukan
karya-karya yang lebih kkomprehensif untuk orang alim.
d.
Kompilasi
terpisah harus dikembangkan dengan referensi pesan-pesan terpilih dari quran,
sunnah dan pesan ilahi lainnya.
e.
Harus ada
inisiatif untuk meningkatkan rasa takut kepada Allah.
f.
Mengembangkan kurikulum
berbasis pesan Ilahi melalui studi dan riset guna diaplikasikan pada beragam
aspek speperti akuntansi, audit dan lain
sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar