Rabu, 11 April 2018

ANALISIS FUNDAMENTAL DAN ANALISIS TEKNIKAL SERTA STRATEGI INVESTASI_050514


Analisis dan pemilihan saham dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal. Secara sederhana, analisis fundamental mengestimasi harga saham berdasarkan tiga faktor fundamental yaitu kondisi ekonomi, industri dan perusahaan sedangkan analisis teknikal menggunakan indikator-indikator dan grafik harga saham sebagai alat estimasi (Khanifar, 2012: 78-79).

A.  Analisis Fundamental
Harga saham dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dalam analisis fundamental diperlukan sejumlah tahapan. Tahapan tersebut dimulai dari analisis kondisi makro ekonomi atau pasar. Kemudian dilanjutkan dengan analisis industri dan terakhir analisis kondisi spesifik perusahaan (Husnan, 2009: 309).
1.    Analisis Ekonomi/Pasar
Menganalisis kondisi pasar atau ekonomi secara umum tidak hanya pada masa sekarang tapi juga ditujukan untuk mengetahui arah pengembangan pasar dan ekonomi di masa mendatang. Tentunya pengetahuan tersebut tidaklah secara pasti, hanya perkiraan saja. Perkiraan ini dapat dilakukan dengan beberapa indikator, yaitu indikator moneter, kondisi pasar dan ekonomi serta model-model valuasi lainnya (Husnan, 2009: 312).
a.    Indikator moneter untuk memprakirakan kondisi pasar
Karena perannya yang vital di dalam perekonomian, kebijakan moneter dipandang mempunyai dampak penting baik bagi perekonomian maupun harga saham. Dengan demikian untuk memahami perubahan harga saham, para perlu memahami berbagai variabel moneter. Untuk memprakirakan kondisi perekonomian, para pemodal secara tradisional selalu memperhatikan kemungkinan perubahan jumlah uang beredar (Husnan, 2009: 313).
b.   Kondisi ekonomi dan Kondisi Pasar
Kondisi pasar merefleksikan kondisi ekonomi, sehingga perubahan kondisi ekonomi tentunya akan tercermin pada kondisi pasar. Masalahnya adalah bahwa kondisi pasar saat ini mencerminkan harapan para pemodal terhadap kondisi ekonomi di masa yang akan datang. Dengan kata lain, pasar mem-present value-kan kondisi di masa yang akan datang.Secara umum, pasar sepertinya selalu antisipatif terhadap kondisi ekonomi (misalnya kondisi cyclicality economy) (Husnan, 2009: 314-315).
c.    Model-Model Valuasi Untuk Memprakirakan Kondisi Pasar
Pendekatan yang dapat digunakan untuk memperkirakan kondisi pasar adalah (Husnan, 2009: 3317):
1.      Menggunakan rumus Constant Growth Model ()
2.      Menggunakan model PER (1-b/r-g)

2.    Analisis Industri
Para pemodal yang percaya bahwa kondisi ekonomi dan pasar cukup baik untuk melakukan investasi, selanjutnya perlu menganalisis industri-industri apa yang diharapkan akan memberikan hasil yang paling baik. Industri dianalisis lewat penelaahan berbagai data yang menyangkut tentang penjualan, laba, dividen, struktur modal, jenis produk yang dihasilkan, regulasi, inovasi dan sebagainya (Husnan, 2009: 318-321).
Analisis industri dilakukan dengan beberapa langkah.Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan mengidentifikasikan tahap kehidupan produknya. Langkah berikutnya adalah menganalisis industri dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian. Langkah ketiga adalah analisis kualitatif terhadap industri tersebut, yang dimaksudkan untuk membantu pemodal menilai prospek industri di masa yang akan datang (Husnan, 2009: 322).
a.    Siklus Kehidupan Industri
Industri menempuh siklus berupa tahap perkenalan, pertumbuhan dan penurunan. Karena umumnya perusahaan baru go public setelah melewati masa perkenalan, dalam analisis industri umumnya dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu (Husnan, 2009: 322-323:
1)   Tahap Pertumbuhan yang ditandai dengan pertumbuhan penjualan yang relatif masih tinggi, meskipun risiko sudah tidak setinggi pada tahap perkenalan. Produk yang ditawarkan diterima oleh pasar.
2)   Tahap Kedewasaan dimana pertumbuhan penjualan masih terjadi, tetapi sudah dalam tingkatan yang lebih rendah daripada tahap pertumbuhan. Karena produksi sudah dalam jumlah yang cukup besar untuk memenuhi permintaan pasar, umumnya laba yang diperoleh cukup untuk membiayai pertumbuhan usaha.
3)   Tahap Penurunan dimana permintaan akan produk tersebut sudah mengalami penurunan, sehingga pertumbuhan penjualan menjadi negatif.

b.   Analisis Siklus Bisnis
Cara kedua untuk melakukan analisis industri adalah dengan menganalisis hubungan antara kemampuan operasi dengan kondisi perekonomian makro. Beberapa industri mampu beroperasi cukup baik pada waktu resesi, sedangkan yang lain sangat jelek kinerjanya. Berdasarkan hubungannya dengan kondisi makro ekonomi, industri dibedakan jadi tiga kelompok yaitu Growth industryyang merupakan industri dengan pertumbuhan laba jauh lebih tinggi dari rata-rata industri,Defensive industrysebagai industri yang tidak banyak terpengaruh oleh kondisi ekonomi, dan cyclical industrysebagai industri yang sangat peka terhadap perubahan kondisi perekonomian (Husnan, 2009: 324-325).
c.    Aspek kualitatif dalam analisis industri
Beberapa aspek kualitatif akan membantu analis dalam melakukan analisis industri, yaitu kinerja historis, persaingan, kebijakan pemerintah, dan perubahan struktural.Kinerja dimasa yang akan datang memang tidak selalu konsisten dengan kinerja di waktu yang lalu. Hanya saja, beberapa jenis industri menunjukkan kinerja yang terus menerus baik di waktu yang lalu sehingga tidak dapat diabaikan dalam analisis dengan menggunakan pertumbuhan penjualan, laba dan perkembangan harga sebagai indikator (Husnan, 2009: 325).
Sementara itu, persaingan dapat berasal dari masuknya pesaing baru, meningkatnya bargaining power para pembeli, persaingan antar pesaing yang ada, masuknya produk substitusi, dan meningkatnya bargaining power para pemasok. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah akan secara langsung berpengaruh terhadap industri tersebut serta dapat mempengaruhi industri lain. Perubahan struktural guna meningkatkan daya saing (Husnan, 2009: 326).

3.    Analisis Perusahaan
Analisis fundamental memerlukan pemahaman terhadap beragam variabel yang mempengaruhi harga saham. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, nilai intrinsik suatu saham dapat ditaksir menggunakan dua metode, yaitudividend discount model, dan multiplier laba (PER) (Husnan, 2009: 327).
Pemodal sering kali memusatkan perhatian pada Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share, EPS) dalam melakukan analisis. Angka EPS biasanya disajikan paling bawah dalam laporan rugi laba, dan karenanya sering disebut sebagai bottom line (Husnan, 2009: 328).
Teknik analisis lainnya adalah dengan menggunakan model kelipatan laba (PER) apabila perusahaan tidak mengadopsi kebijakan payout ratio yang konstan dan/ analis mengalami kesulitan untuk menggunakan model berbasis cash flow, terutama model dengan pertumbuhan konstan (Husnan, 2009: 333).
PER dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yaitu (1)Dividend payout ratioyang akan meningkatkan PER jika rasio ini meningkat, (2)Discount rateatau tingkat keuntungan yang dipandang layak yang akan menurunkan PER jika rasio ini turun, dan (3)Pertumbuhan dividen yang berhubungan positif dengan PER (Husnan, 2009: 334).
Analisis lain untuk menentukan harga saham secara sederhana juga bisa dilakukan dengan basis variabel beriku (Husnan, 2009: 334):
a.    Pertumbuhan penjualan
b.    Nilai penjualan
c.    Penghasilan di luar operasi
d.   Net Profit Margin (rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total penghasilan)
e.    Price Earning Ratio (PER).

B.  Analisis Teknikal
Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Analisis ini didasarkan pada asumsi (i) bahwa harga saham mencerminkan informasi yang relevan, (ii) bahwa informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu yang lalu, dan (iii) karenanya perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, dan pola tersebut akan berulang (Husnan, 2009: 341).
Analisis teknikal dapat dilakukan untuk saham-saham individual ataupun untuk kondisi pasar secara keseluruhan. Alat utama analisis ini adalah informasi tentang harga dan volume perdagangan yang dapat diketahui lewat grafik ataupun beragam indikator teknis. Pada dasarnya, analisis ini adalah suatu upaya untuk akan membeli (masuk ke pasar) atau menjual saham (keluar dari pasar) (Husnan, 2009: 341-342).

1.    Indikator-indikator teknis
Beberapa indikator teknis yang sering dipergunakan adalah moving average, new highs and lows, volume perdagangan, dan short-interest ratio.
a.    Moving Average
Moving average dihitung berdasarkan sejumlah hari tertentu. Di AS jumlah hari yang sering dipergunakan untuk menghitung moving average adalah 200 hari moving average. Seri moving average tersebut kemudian digambarkan dalam grafik yang sama dengan gambar perkembangan harga saham aslinya (Husnan, 2009: 343).
Pedoman yang dipergunakan adalah bahwa apabila harga saham “asli” berbeda dibawah harga moving average, harga tersebut kemudian naik memotong harga moving average dengan volume perdagangan yang cukup tinggi, maka saham tersebut merupakan kandidat untuk dibeli. Sebaliknya apabila harga-harga saham diatas moving average, dan harga saham tersebut turun memotong moving average, analisis sebenarnya melakukan timming kapan suatu saham sebaliknya dibeli dan kapan sebaliknya dijual.
Modifikasi pedoman beli dan jual untuk analisis moving average dapat dilakukan sebagai berikut. Suatu saham sebaiknya dijual apabila:
1.      Harga saham aslinya berada dibawah garis moving average, harga saham tersebut mendekati garis moving average tetapi kemudian tidak memotong garis tersebut, bahkan kemudian menjauhinya.
2.      Mengikuti suatu kenaikan, garis moving average kemudian mendatar atau menurun, dan harga saham aslinya memotong garis tersebut dari atas.
3.      Harga saham naik diatas garis moving average sedangkan garis tersebut tetap turun.

b.   New highs and lows
Suatu bursa mungkin melaporkan saham-saham yang mencapai harga tertinggi (terendah) selama 52 minggu terakhir. Para analis teknikal menyimpulkan bahwa pasar akan bullish (harga-harga akan naik) apabila sejumlah besar saham mencapai harga tertinggi selama 52 minggu terakhir. Sebaliknya, para analis teknikal akan khawatir kalau indeks pasar meningkat tetapi tidak banyak saham yang mencapai harga tertinggi selama beberapa minggu terakhir (Husnan, 2009: 344).
c.    Volume perdagangan
Volume perdagangan merupakan bagian yang diterima dalam analisis teknikal. Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi di suatu bursa akan di tafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik (bullish). Peningkatan volume perdagangan dibarengi dengan peningkatan harga merupakan gejala yang makin kuat akan kondisi yang bullish(Husnan, 2009: 344-345).
d.   Short-interest ratio
Short-interest untuk suatu saham menunjukkan jumlah saham yang dilakukan short selling tetapi belum dilakukan pembelian kembali. Short-interest ratio didefinisikan sebagai
Rasio ini menunjukkan berapa hari perdagangan yang diperlukan agar short selling tersebut dapat diselesaikan. Apabila rasio tersebut sama dengan 2,0 hal tersebut berarti diperlukan dua hari kerja “menyelesaikan” jumlah short selling tersebut (Husnan, 2009: 345).

2.    Penggunaan Grafik Atau Chart
Selain indikator-indikator teknis, grafik atau chart merupakan alat analisis lain yang digunakan dalam teknikal. Chart yang digunakan mungkin berbentuk bar chart ataupun line chart.[1] Dengan bar chart diperlukan informasi tentang harga tertinggi, harga terendah, dan harga penutupan untuk digambarkan dalam chart tersebut. Sedangkan line chart hanya memerlukan harga penutupan untuk digambarkan dalam chart tersebut. Penggunaan chart dimaksudkan untuk mengenali pola-pola (patterns) dari gerakan harga saham (indeks pasar) yang diamati. Pola-pola tersebut diantaranya adalah key neversals, head and shoulders, triple tops, ascending and descending triangles (Husnan, 2009: 345).
a.    Key Reversals
Key reversals terjadi pada suatu periode (biasanya harian) kegiatan perdagangan. Pola ini terbagi dua, yaitu Key reversals topyang menunjukkan gerakan harga yang secara cepat naik, tapi pada akhir periode kembali lagi ke posisi awal periode dan key reversals bottom dengan gerakan sebaliknya. Apabila pola semacam ini diidentifikasi, maka aksi yang harus dilakukan adalah segera menjual saham sewaktu mencapai puncak, dan membeli saham sewaktu mencapai dasar (Husnan, 2009: 346).
b.    Head and Shoulders
Seorang analis yang percaya bahwa suatu saham berada pada titik A, akan memutuskan untuk membeli saham tersebut, menahannya untuk jangka pendek untuk memperoleh capital gains. Sebaliknya, kalau seorang analis percaya bahwa suatu saham telah berada pada titik b, ia akan menjualnya (melakukan short selling) karena diperkirakan harga akan turun (Husnan, 2009: 346).
c.    Triple Tops
Analis yang percaya bahwa gerakan harga saham akan mengikuti pola triple tops berpendapat, bahwa setelah melalui tiga puncak harga maka saham tersebut akan jatuh harganya. Jadi apabila seorang analis “menemukan” bahwa suatu saham telah menempuh tiga kali harga tinggi, maka saham tersebut harus dijual (short selling) (Husnan, 2009: 346).
d.    Ascending and Descending Triangels
Pada ascending triangels (segitiga yang meningkat) terjadi gerakan harga antara garis batas atas horisontal dengan garis batas bawah yang mempunyai slope meningkat. Pola ini terjadi apabila terjadi permintaan yang meningkat tetapi masih dapat dipenuhi. Apabila permintaan tersebut mulai tidak dapat terpenuhi, harga akan meningkatkan terus, ”keluar” dari pola tersebut. Sementara itu, padadescending triangels (segitiga yang menurun), gerakan harga saham mengikuti pola yang berkebalikan dengan ascending triangels. Pola ini terjadi pada saat terjadi penambahan supply saham, tetapi dapat diimbangi dengan permintaan (Husnan, 2009: 347).
e.    Relative strength
Relative strength suatu saham menunjukkan rasio harga saham tersebut dengan indeks pasar, atau indeks industri. Contoh perhitungan relative strength untuk saham Indosat selama 40 hari setelah mulai diperdagangkan di BEJ disajikan pada tabel 15.5 berikut. Hari tersebut menunjukkan hari pertama saham tersebut mulai diperdagangkan di bursa. Pada hari ke-1 tersebut harga saham dan indeks pasar (yang diwakili oleh IHSG) dipergunakan sebagai basis (=100), sehingga relative strength-nya =100,00. Hari ke-2, relative strength-nya sebesar 105,64 menunjukkan bahwa harga saham Indosat meningkat lebih besar dari peningkatan IHSG. Relative strength di atas 100 menunjukkan bahwa saham tersebut outperform (mengalahkan) indeks pasar.
Relative strength untuk periode yang cukup lama mungkin dipergunakan untuk maksud-maksud peramalan. Karena dalam analisis teknikal, trends (kecenderungan) diharapkan akan terjadi untuk beberapa waktu, maka peningkatan rasio antara harga suatu saham dengan indeks pasar ditafsirkan sebagai relative strength. Hal tersebut mengindikasikan bahwa saham tersebut outperform (mengalahkan) pasar, dan diharapkan situasi akan berlangsung untuk beberapa lama. Hal yang sebaliknya apabila peningkatan harga saham lebih rendah dari peningkatan indeks. Dalam situasi ini dikatakan bahwa saham tersebut underperform pasar (Husnan, 2009: 348-349).

C.  Strategi Investasi
Terkait dengan konsep pasar modal yang efisien, strategi investasi pada saham bisa dibagi menjadi dua, yaitu strategi investasi pasif dan strategi investasi aktif. Strategi mana yang akan dipilih dipengaruhi oleh sejauh mana pemodal percaya akan konsep pasar modal yang efisien dan oleh pengalaman pemodal, waktu investasi, dan sifat pemodal (Husnan, 2009: 355).
1.    Strategi Investasi Pasif
Strategi ini berbasis asumsi bahwa (a) pasar modal tidak melakukan mispricing, dan (b) meskipun terjadi mispricing, para pemodal berpendapat mereka tidak bisa mengidentifikasikan dan memanfaatkannya. Dengan kata lain, penganut strategi ini tidak bermaksud untuk mengalahkan (outperform) pasar. Strategi ini bertujuan untuk menyususn portofolio yang sesuai dengan preferensi risiko atau pola arus kas yang diinginkan oleh pemodal (Husnan, 2009: 355).

2.    Strategi Investasi Aktif
Strategi ini berbasis asumsi bahwa (a) pasar modal melakukan kesalahan dalam penentuan harga (mispriced), dan (b) para pemodal berpendapat bisa mengidentifikasikan mispriced ini dan memanfaatkannya (apakah memang kedua asumsi tersebut benar, masih merupakan masalah yang perlu diteliti. Strategi ini dipakai oleh para pemodal yang tidak percaya sepenuhnya pada konsep pasar modal yang efisien (Husnan, 2009: 356).
Salah satu bentuk strategi aktif yang sering dilakukan adalah pemilihan sekuritas. Strategi ini dilakukan terhadap saham-saham yang diperkirakan akan memberikan abnormal return positif, dan biasanya dilakukan dengan analisis fundamental, meskipun kadang-kadang analisis teknikal juga digunakan (atau kombinasinya) (Husnan, 2009: 357).


Referensi
Husnan, Suad, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, edisi ke empat, Yogyakarta: YKPN, 2009

Khanifar, Hossein, dkk., “Studying Affecting Factors on Analyst’s Decision Regarding Share Analysis in Tehran Stock Exchange: a Fundamental Analysis Approach,” European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences, Issue 44, 2012.

Murphy, John J.,Technical Analysis of the Financial Markets: a Comprehensive Guide to Trading Methods and Applications, NY: New York Institute of Finance, 1999.



[1]Bar chart menunjukkan harga pembukaan, ketika tinggi, rendah dan harga penutupan. Sedangkan line chart hanya menyoroti harga penutupan setiap hari secara berturu-turut. Bagi kebanyakan ahli, harga penutupan merupakan harga yang paling kritis sehingga model line chart dianggap lebih valid untuk mengukur aktivitas harga. Selain dua bentuk ini, ada juga model chart yang lain seperti candlestick, poin and figure dan kagi chart.Candlestick  merupakan bar chart versi Jepang.Chart  ini punya dua bagian, yaitu thin line (shadow) yang merupakan rentang harga harian dari yang tinggi hingga yang rendah dan wider portion (real body) yang mengukur jarak antara harga pembukaan dengan penutupan (Murphy, 1999: 36-38).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam Selamat Datang

 Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh Selamat datang dan terimakasih kepada teman-teman yang sudah mampir ke laman rumahdialekis. ...