1.
Pendahuluan
Analisis fundamental[1]
dan teknikal[2]
dikenal sebagai alat penentu keputusan investasi yang paling populer. Tulisan ini akan mengajukan dua pertanyaan
terkait dua jenis analisis tersebut:
a.
Apakah manager
portofolio yang profesional dan investor non-profesional berbeda dalam
menggunakan dua alat analisis tersebut?
b.
Apakah sikap
investor ketika membeli saham berbeda dengan sikap mereka ketika menjual?
Ketiga peneliti ini berpendapat
bahwa para investor bersikap lebih objektif ketika membeli saham dibandingkan
ketika mereka menjual. Berdasarkan asumsi ini, para peneliti mengharapkan bahwa
alat yang dikenal objektif lebih banyak digunakan pada pembelian saham dan
dikurangi penggunaannya pada penjualan. Selain itu, peneliti juga menguji
pengaruh karakteristik investor (mencakup usia, jenis kelamin, dan pengalaman
investasi) terhadap intensitas penggunaan alat investasi.
2.
Telaah Pustaka
Analisis fundamental menggunakan
data ekonomis perusahaan (keuntungan, dividen, dan proyeksi pertumbuhan),
sedangkan analisis teknikal menggunakan pergerakan harga historis dan formula
matematis untuk mengestimasi keuntungan di masa depan.
Sejumlah penelitian terkait analisis data fundamental
meliputi keuntungan dan tingkat pertumbuhan yang pernah dilakukan:
a.
Kothari,
Easton dkk. dan Frankel dkk. sepakat bahwa perkiraan pendapatan merupakan topik
yang paling krusial bagi investor karena dia berhubungan dengan keuntungan
saham. Mereka menganalisa faktor-faktor yang menentukan besarnya reaksi harga
saham terhadap laporan analis.
b.
Keane dan
Runkle tentang bahwa perkiraan analis terhadap earning per share adalah
rasional.
Sedangkan penelitian yang fokus
pada analisis teknikal antara lain:
a.
Kwon dan Moon
yang memprediksi perubahan harga masa mendatang dengan menggunakan indicator
teknis. Prediksi tersebut didasarkan pada regresi dengan jaringan neural yang
diujikan pada 36 saham selama 13 tahun dan mampu mengalahkan strategi “buy
dan hold.”
b.
Skabar dan
Cloete menggunakan algoritma generik dan jaringan neural untuk menentukan poin
beli dan jual komoditas dalam perdagangan saham.
c.
Fernandez-Rodriguez
dkk. mengoptimalkan parameter rata-rata pergerakan menggunakan algoritma
generik.
d.
Lin dkk.
menemukan kombinasi parameter terbaik untuk menyaring aturan perdagangan.
e.
De La Fuente
dkk. mengoptimalkan parameter dalam tiga indicator teknik.
f.
Subramanian
dkk. mendesain alat berbasis aturan-aturan perdagangan komposit. Kinerja alat
tersebut dinilai dengan menandingkannya dengan alat otomatis lain.
Sementara penelitian yang dilakukan
oleh tiga orang ini tidak bertujuan untuk menilai mana dari kedua jenis
analisis investasi ini (fundamental dan teknikal) lebih baik dalam memprediksi
keuntungan saham. Penelitian ini lebih bertujuan untuk mengidentifikasi sampai
batas mana kedua analisis ini digunakan oleh investor profesional dan
non-profesional. Lebih jauh lagi, penelitian ini ingin menguji apakah ada
perbedaan alat yang digunakan ketika membeli saham dengan ketika menjualnya.
3.
Data dan
Desain Penelitian
Data dikumpulkan dengan dua
langkah:
a.
Quesioner yang
akan diisi oleh sekelompok manajer portofolio professional (berjumlah 41 orang)
di salah satu pusat investasi Israel.
b.
Melakukan
survey online lewat salah satu portal keuangan ternama di Israel.
Semua responden diminta mengisi
data terkait jenis kelamin, usia, pengalaman di dunia pasar modal. Quesioner
tersebut terdiri dari 14 pertanyaan dengan rincian: 4 pertanyaan terkait
analisis fundamental dan 10 pertanyaan terkait analisis teknikal. Setiap
jawaban diberi skala 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju).
4.
Hasil
Secara umum, investor lebih banyak
menggunakan analisis fundamental daripada teknikal ketika mereka memutuskan
untuk membeli/ menjual saham. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok profesional dengan non-profesional dalam hal ini.
Alat yang paling popular dalam
keputusan jual dan beli adalah analisis fundamental yang menganalisis laporan
keuangan perusahaan (ini berlaku pada profesional dan juga non-profesional).
Alat nomor dua popular adalah analisis teknikal dengan jenis “support and
resistence lines.[3]”
Alat ketiga, fundamental lagi, yaitu rekomendasi analis. Keempat, pergerakan
rata-rata dan diikuti oleh alat teknikal lainnya. Hasil ini menunjukkan bahwa
baik profesional maupun non-profesional menggabungkan dua alat ini untuk
mencapai keputusan yang paling baik.
Investor non-profesional lebih
ekstensif menggunakan alat analisis investasi ketika mereka membeli saham
didandingkan ketika mereka menjual. Mereka lebih banyak menggunakan alat
fundamental daripada teknikal ketika membeli saham, sebaliknya lebih banyak
menggunakan alat teknikal daripada fundamental ketika menjual saham. Lebih
spesifiknya, investor non-profesional lebih sering menggunakan rekomendasi
analis[4]
ketika mereka membeli saham dan dua alat teknikal (“stochastic oscillator[5]”
dan “resistance lines”) ketika menjual. Begitu juga investor
profesional, lebih sering menggunakan alat ketika mereka membeli saham
dibandingkan ketika menjual.
Investor menggunakan laporang
keuangan dan support and resistance lines secara bersamaan sebagai alat
paling utama dalam prilaku investasi mereka.
Terakhir, perbedaan jenis kelamin
tidak mempengaruhi pemilihan alat analisis. Selanjutnya, laporan keuangan dan support
and resistance lines lebih sering digunakan oleh investor berusia 40 tahun
ke atas dan oleh investor dengan pengalaman 5 tahun ke atas serta investor yang
lebih muda dan kurang pengalaman.
5.
Kesimpulan
a.
Tidak ada
perbedaan antara investor profesional dan non-profesional terkait berapa sering
mereka menggunakan alat fundamental dan teknikal dalam investasi.
b.
Kedua kelompok
tersebut lebih sering menggunakan alat fundamental daripada alat teknikal
ketika membeli/ menjual saham.
c.
Investor
non-profesional lebih menggunakan alat fundamental berupa rekomendasi analis
ketika membeli saham dan lebih menggunakan alat teknikal support and
resistance lines ketika menjual saham. Prilaku ini juga berlaku pada
investor profesional.
d.
Investor
menggunakan laporan keuangan dan support and resistance lines secara
bersama-sama sebagai alat yang paling utama.
e.
Saran untuk
penelitian selanjutnya adalah pemisahan kondisi dari bear and bull market[6] serta
menambahkan alat teknikal dan fundamental yang lain ke dalam sampel.
6.
Ulasan
Tidak seperti
kebanyakan artikel lain yang mencoba membandingkan analisis mana yang lebih
baik dan mana yang lebih diminati oleh investor, artikel ini lebih sebagai
argumen untuk meyakinkan bahwa kedua jenis analisis investasi (fundamental dan
teknikal) sebaiknya dan faktanya digunakan secara bersamaan untuk hasil yang
maksimal dalam proses investasi. Meskipun begitu, ada sedikit persoalan yang
muncul terkait pembahasan artikel ini. Persoalan itu berhubungan dengan subjek
penelitian dan kriteria pemilahan subjek.
Artikel ini
dengan jelas menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan pemilihan analisis oleh
investor dalam membeli dan menjual saham. Dari awal dinyatakan bahwa penelitian
ini untuk membandingkan prilaku investasi investor profesional dan
non-profesional, hanya saja sampel dalam artikel ini tidak memasukkan investor
non-profesional sebagai responden: Quesioner yang akan diisi oleh
sekelompok manajer portofolio professional (berjumlah 41 orang).
Selain itu,
artikel ini tidak menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menentukan investor
profesional dan yang tidak profesional. Apakah cukup mengidentifikasi
profesional atau tidaknya investor berdasarkan lama dia berkerja di bidang
tersebut?
7.
Aspek Syariah
dan Arah Pengembangan
Sebagaimana
telah dijelaskan di awal bahwa pada dasarnya analisis fundamental dan teknikal
dipakai bersamaan oleh para investor, baik yang profesional atau
non-profesional dalam rangka mengambil keputusan investasi.
Terkait dengan
investasi syariah, barangkali kedua analisis ini bisa digunakan tanpa
mengurangi kesyariahan investasi. Pengambilan keputusan investasi oleh investor
muslim juga harus didasarkan pada dua analisis ini agar keputusan yang diambil
memberikan manfaat yang lebih besar.
Memang benar,
bahwa seorang investor muslim tidak boleh melulu berorientasi keuntungan besar,
hanya saja tidak ada larangan bagi mereka untuk berhati-hati dalam investasi.
Salah satu tindakan berhati-hati tersebut adalah memanfaatkan analisis
fundamental dan teknikal dalam mengambil keputusan investasi. Tentu saja
pemanfaatan dua analisis ini tidak persis sama dengan yang digunakan dalam dunia
konvensional. Misalnya saja tidak perlu memperhitungkan bunga pada kondisi
ekonomi/ pasar dan juga tidak menggunakan short interest ratio
indikator.
Referensi
Bistrova, Julia dan Natalja Lace, “Relevance of Fundamental Analysis on the
Baltic Equity Market,” Economics and Management, 14, 2009.
Edwards, Robert, Technical Analysis of Stock Trends, edisi 9, US:
Taylor & Francis Group, 2007
Frankel, Richard, dkk., “Determinants of the Informativeness of Analyst
Research,” Journal of Accounting and Economics, 41, 2006.
Fuente , David de La, dkk., “Genetic Algorithms to Optimise the Time to
Make Stock Market Investment,” Proceeding of the 8th Annual Conference of
Generic and Evolutionary Computations, NY: ACM Press, 2006.
Keane, Michael P. dan David E. Runkle, “Are Financial Analysts’ Forecast of
Corporate Profits Rational?” Journal of Political Economy, 106, 1998.
Khanifar, Hossein, dkk., “Studying Affecting Factors on Analyst’s Decision
Regarding Share Analysis in Tehran Stock Exchange: a Fundamental Analysis
Approach,” European Journal of Economics, Finance and Administrative
Sciences, Issue 44, 2012.
tp,”Technical Analysis,” www.code.pediapress.com,
akses 03 Mei 2014.
[1] Analisis fundamental didasari oleh hipotesis
bahwa pasar dapat merefleksikan nilai perusahaan berdasarkan potensi
pertumbuhannya sehingga analisis ini fokus pada akun perusahaan dan proyeksi
nilainya. Analisis ini mengevaluasi informasi terkini dalam laporan keuangan,
laporan industri dan faktor-faktor ekonomi untuk mengetahui nilai intrinsik
(fungsi variabel-variabel fundamental yang digabungkan untuk memperoleh
keuntungan yang diharapkan dan risikonya) perusahaan. Faktor-faktor ini
mencakup kondisi perusahaan, kondisi industri dan kondisi ekonomi/ pasar.
Berdasarkan fokus analisisnya, analisis fundamental dapat dibedakan menjadi dua
bentuk yaitu top-down dan down-top. Top-down menganalisa
pasar, industri dan perusahaan secara berurutan, sedangkan down-top
lebih fokus pada pondasi perusahaan yang mencakup produk, tingkat kompetitif
dan kondisi keuangan yang digunakan sebagai alat untuk mengestimasi keuntungan
potensial dan nilai perusaaan di pasar. David de La Fuente, dkk., “Genetic
Algorithms to Optimise the Time to Make Stock Market Investment,” Proceeding
of the 8th Annual Conference of Generic and Evolutionary Computations, (NY:
ACM Press, 2006), hlm. 1857 dan Hossein Khanifar, dkk., “Studying Affecting
Factors on Analyst’s Decision Regarding Share Analysis in Tehran Stock
Exchange: a Fundamental Analysis Approach,” European Journal of Economics,
Finance and Administrative Sciences, Issue 44, 2012, hlm. 79-79. Faktor
fundamental yang banyak digunakan adalah kondisi keuangan yang diwakili oleh return
on equity, pertumbuhan penjualan, pendapatan di masa akan datang, dan
stabilitas neraca. Selain itu, faktor fundamental lain yang juga sering
digunakan adalah model valuasi yang mencakup rasio harga terhadap pendapatan
dan rasio harga terhadap nilai buku. Bistrova dan Lace, “Relevance of
Fundamental Analysis on the Baltic Equity Market,” Economics and Management,
14, 2009, hlm. 133.
[2] Analisis
teknikal didasarkan pada hipotesis bahwa faktor apapun yang mempengaruhi pasar
akan langsung tampak pada harga serta volume saham perusahaan. Analisis ini
mengestimasi fluktuasi harga saham dan mencari pola harga saham tersebut. Input
yang digunakan dalam analisis ini diantaranya adalah relative strength index,
moving average convergence divergence, dan stochastic index.
David de La Fuente, dkk., “Genetic Algorithms to Optimise the Time......, hlm.
1857 dan Hossein Khanifar, dkk., “Studying Affecting Factors......, hlm. 78.
[3]Support and resistance bisa dikatakan seperti
demand dan supply. Support merupakan tingkat harga di mana permintaan
yang cukup terhadap suatu saham dapat menahan kecenderungan penurunan harga
untuk sementara waktu (tingkat harga yang mendorong peningkatan aktivitas
pembelian), sedangkan resistance merupakan tingkat harga di mana
penawaran yang cukup suatu saham akan menghentikan dan mengembalikan ke harga
semula (tingkat harga yang mendorong aktivitas penjualan). Dengan kata lain, Support
and resistance adalah sejumlah tertentu permintaan dan penawaran pada
tingkat harga yang diberikan. Dalam Robert Edwards, Technical Analysis of
Stock Trends, edisi 9, (US: Taylor & Francis Group, 2007), hlm. 231.
[4]Kehidupan para analis
tergantung pada keakuratan ramalan mereka. Selain itu, banyak penelitian juga
membuktikan bahwa ramalan para analis sifatnya rasional sehingga menjadi
analisis fundamental yang diminati. Keane dan Runkle, “Are Financial Analysts’
Forecast of Corporate Profits Rational?” Journal of Political Economy,
106, 1998, hlm. 769-770. Hanya saja, sebagian pihak berpendapat bahwa analis
terkadang merekomendasikan membeli saham tidak peduli kondisi pasar. Hal ini
bisa terjadi karena bank atuapun perusahaan investasi tempat analis bekerja
menghasilkan jutaan dolar dalam merger atau penawaran saham kepada perusahaan
yang diestimasi. Alasan ini dapat mempengaruhi objektivitas analis. Terkadang, penelitian analis bisa saja tidak
mewakili nilai informasi yang relevan dengan pasar karena sejumlah alasan: (1)
tujuan bank atau perusahaan investasi tempat analis bekerja, ia memberikan
informasi dan layanan lain kepada pihak lain dalam pasar sehingga ia
membutuhkan informasi tambahan untuk itu, (2) analis lain dan juga pengungkapan
perusahaan secara berkala dipandang sebagai pengganti informasi penelitian
individual analis, dan (3) bisa jadi analis memberikan informasi yang salah,
barangkali untuk memperoleh keuntungan sendiri. Frankel, dkk., “Determinants of
the Informativeness of Analyst Research,” Journal of Accounting and
Economics, 41, 2006, hlm. 1&3.
[5]Merupakan indikator
momentum yang menggunakan tingkatan support and resistance. Stochastic
sendiri mengacu pada asal harga sekarang berkaitan dengan range harganya selama
periode waktu tertentu. tp,”Technical Analysis,” www.code.pediapress.com, akses 03 Mei
2014, hlm. 128.
[6]Bull market adalah kondisi pasar
yang cenderung naik yang dibedakan dalam tiga tahapan (fase). Fase pertama
adalah akumulasi dimana kondisi bisnis yang dirasa naik menyebabkan semua saham
yang ditawarkan diambil, fase kedua, kondisi stabil dengan peningkatan
aktivitas serta kenaikan profit perusahaan yang menarik perhatian, dan fase
ketiga, kondisi pasar yang begitu panas di mana kondisi keuangan sangat baik,
harga naik luar biasa. Sementara itu, bear market adalah kondisi dimana
kondisi pasar cenderung turun yang juga dibedakan dalam tiga fase. Fase pertama
adalah periode distriusi, fase kedua merupakan fase panik sehingga pembelian
berkurang dan fase ketiga adalah fase usaha memburuk sehingga tidak banyak yang
mau menjual. Robert Edwards, Technical Analysis of Stock Trends......,
hlm. 18-19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar