Rabu, 11 April 2018

STOCK MARKET ANALYSIS IN PRACTICE: IS IT TECHNICAL OR FUNDAMENTAL? Oleh: Gil Cohen, Andrey Kudryavtsev, dan Shlomit Hon-Snir_050514


1.      Pendahuluan
Analisis fundamental[1] dan teknikal[2] dikenal sebagai alat penentu keputusan investasi yang paling populer. Tulisan ini akan mengajukan dua pertanyaan terkait dua jenis analisis tersebut:
a.       Apakah manager portofolio yang profesional dan investor non-profesional berbeda dalam menggunakan dua alat analisis tersebut?
b.      Apakah sikap investor ketika membeli saham berbeda dengan sikap mereka ketika menjual?
Ketiga peneliti ini berpendapat bahwa para investor bersikap lebih objektif ketika membeli saham dibandingkan ketika mereka menjual. Berdasarkan asumsi ini, para peneliti mengharapkan bahwa alat yang dikenal objektif lebih banyak digunakan pada pembelian saham dan dikurangi penggunaannya pada penjualan. Selain itu, peneliti juga menguji pengaruh karakteristik investor (mencakup usia, jenis kelamin, dan pengalaman investasi) terhadap intensitas penggunaan alat investasi.
2.      Telaah Pustaka
Analisis fundamental menggunakan data ekonomis perusahaan (keuntungan, dividen, dan proyeksi pertumbuhan), sedangkan analisis teknikal menggunakan pergerakan harga historis dan formula matematis untuk mengestimasi keuntungan di masa depan.
Sejumlah penelitian terkait analisis data fundamental meliputi keuntungan dan tingkat pertumbuhan yang pernah dilakukan:
a.       Kothari, Easton dkk. dan Frankel dkk. sepakat bahwa perkiraan pendapatan merupakan topik yang paling krusial bagi investor karena dia berhubungan dengan keuntungan saham. Mereka menganalisa faktor-faktor yang menentukan besarnya reaksi harga saham terhadap laporan analis.
b.      Keane dan Runkle tentang bahwa perkiraan analis terhadap earning per share adalah rasional.

Sedangkan penelitian yang fokus pada analisis teknikal antara lain:
a.       Kwon dan Moon yang memprediksi perubahan harga masa mendatang dengan menggunakan indicator teknis. Prediksi tersebut didasarkan pada regresi dengan jaringan neural yang diujikan pada 36 saham selama 13 tahun dan mampu mengalahkan strategi “buy dan hold.
b.      Skabar dan Cloete menggunakan algoritma generik dan jaringan neural untuk menentukan poin beli dan jual komoditas dalam perdagangan saham.
c.       Fernandez-Rodriguez dkk. mengoptimalkan parameter rata-rata pergerakan menggunakan algoritma generik.
d.      Lin dkk. menemukan kombinasi parameter terbaik untuk menyaring aturan perdagangan.
e.       De La Fuente dkk. mengoptimalkan parameter dalam tiga indicator teknik.
f.       Subramanian dkk. mendesain alat berbasis aturan-aturan perdagangan komposit. Kinerja alat tersebut dinilai dengan menandingkannya dengan alat otomatis lain.

Sementara penelitian yang dilakukan oleh tiga orang ini tidak bertujuan untuk menilai mana dari kedua jenis analisis investasi ini (fundamental dan teknikal) lebih baik dalam memprediksi keuntungan saham. Penelitian ini lebih bertujuan untuk mengidentifikasi sampai batas mana kedua analisis ini digunakan oleh investor profesional dan non-profesional. Lebih jauh lagi, penelitian ini ingin menguji apakah ada perbedaan alat yang digunakan ketika membeli saham dengan ketika menjualnya.

3.      Data dan Desain Penelitian
Data dikumpulkan dengan dua langkah:
a.       Quesioner yang akan diisi oleh sekelompok manajer portofolio professional (berjumlah 41 orang) di salah satu pusat investasi Israel.
b.      Melakukan survey online lewat salah satu portal keuangan ternama di Israel.
Semua responden diminta mengisi data terkait jenis kelamin, usia, pengalaman di dunia pasar modal. Quesioner tersebut terdiri dari 14 pertanyaan dengan rincian: 4 pertanyaan terkait analisis fundamental dan 10 pertanyaan terkait analisis teknikal. Setiap jawaban diberi skala 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju).

4.      Hasil
Secara umum, investor lebih banyak menggunakan analisis fundamental daripada teknikal ketika mereka memutuskan untuk membeli/ menjual saham. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok profesional dengan non-profesional dalam hal ini.
Alat yang paling popular dalam keputusan jual dan beli adalah analisis fundamental yang menganalisis laporan keuangan perusahaan (ini berlaku pada profesional dan juga non-profesional). Alat nomor dua popular adalah analisis teknikal dengan jenis “support and resistence lines.[3]” Alat ketiga, fundamental lagi, yaitu rekomendasi analis. Keempat, pergerakan rata-rata dan diikuti oleh alat teknikal lainnya. Hasil ini menunjukkan bahwa baik profesional maupun non-profesional menggabungkan dua alat ini untuk mencapai keputusan yang paling baik.
Investor non-profesional lebih ekstensif menggunakan alat analisis investasi ketika mereka membeli saham didandingkan ketika mereka menjual. Mereka lebih banyak menggunakan alat fundamental daripada teknikal ketika membeli saham, sebaliknya lebih banyak menggunakan alat teknikal daripada fundamental ketika menjual saham. Lebih spesifiknya, investor non-profesional lebih sering menggunakan rekomendasi analis[4] ketika mereka membeli saham dan dua alat teknikal (“stochastic oscillator[5]” dan “resistance lines”) ketika menjual. Begitu juga investor profesional, lebih sering menggunakan alat ketika mereka membeli saham dibandingkan ketika menjual.
Investor menggunakan laporang keuangan dan support and resistance lines secara bersamaan sebagai alat paling utama dalam prilaku investasi mereka.
Terakhir, perbedaan jenis kelamin tidak mempengaruhi pemilihan alat analisis. Selanjutnya, laporan keuangan dan support and resistance lines lebih sering digunakan oleh investor berusia 40 tahun ke atas dan oleh investor dengan pengalaman 5 tahun ke atas serta investor yang lebih muda dan kurang pengalaman.

5.      Kesimpulan
a.       Tidak ada perbedaan antara investor profesional dan non-profesional terkait berapa sering mereka menggunakan alat fundamental dan teknikal dalam investasi.
b.      Kedua kelompok tersebut lebih sering menggunakan alat fundamental daripada alat teknikal ketika membeli/ menjual saham.
c.       Investor non-profesional lebih menggunakan alat fundamental berupa rekomendasi analis ketika membeli saham dan lebih menggunakan alat teknikal support and resistance lines ketika menjual saham. Prilaku ini juga berlaku pada investor profesional.
d.      Investor menggunakan laporan keuangan dan support and resistance lines secara bersama-sama sebagai alat yang paling utama.
e.       Saran untuk penelitian selanjutnya adalah pemisahan kondisi dari bear and bull market[6] serta menambahkan alat teknikal dan fundamental yang lain ke dalam sampel.

6.      Ulasan
Tidak seperti kebanyakan artikel lain yang mencoba membandingkan analisis mana yang lebih baik dan mana yang lebih diminati oleh investor, artikel ini lebih sebagai argumen untuk meyakinkan bahwa kedua jenis analisis investasi (fundamental dan teknikal) sebaiknya dan faktanya digunakan secara bersamaan untuk hasil yang maksimal dalam proses investasi. Meskipun begitu, ada sedikit persoalan yang muncul terkait pembahasan artikel ini. Persoalan itu berhubungan dengan subjek penelitian dan kriteria pemilahan subjek.
Artikel ini dengan jelas menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan pemilihan analisis oleh investor dalam membeli dan menjual saham. Dari awal dinyatakan bahwa penelitian ini untuk membandingkan prilaku investasi investor profesional dan non-profesional, hanya saja sampel dalam artikel ini tidak memasukkan investor non-profesional sebagai responden: Quesioner yang akan diisi oleh sekelompok manajer portofolio professional (berjumlah 41 orang).  
Selain itu, artikel ini tidak menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menentukan investor profesional dan yang tidak profesional. Apakah cukup mengidentifikasi profesional atau tidaknya investor berdasarkan lama dia berkerja di bidang tersebut?

7.      Aspek Syariah dan Arah Pengembangan
Sebagaimana telah dijelaskan di awal bahwa pada dasarnya analisis fundamental dan teknikal dipakai bersamaan oleh para investor, baik yang profesional atau non-profesional dalam rangka mengambil keputusan investasi.
Terkait dengan investasi syariah, barangkali kedua analisis ini bisa digunakan tanpa mengurangi kesyariahan investasi. Pengambilan keputusan investasi oleh investor muslim juga harus didasarkan pada dua analisis ini agar keputusan yang diambil memberikan manfaat yang lebih besar.
Memang benar, bahwa seorang investor muslim tidak boleh melulu berorientasi keuntungan besar, hanya saja tidak ada larangan bagi mereka untuk berhati-hati dalam investasi. Salah satu tindakan berhati-hati tersebut adalah memanfaatkan analisis fundamental dan teknikal dalam mengambil keputusan investasi. Tentu saja pemanfaatan dua analisis ini tidak persis sama dengan yang digunakan dalam dunia konvensional. Misalnya saja tidak perlu memperhitungkan bunga pada kondisi ekonomi/ pasar dan juga tidak menggunakan short interest ratio indikator.


Referensi

Bistrova, Julia dan Natalja Lace, “Relevance of Fundamental Analysis on the Baltic Equity Market,” Economics and Management, 14, 2009.

Edwards, Robert, Technical Analysis of Stock Trends, edisi 9, US: Taylor & Francis Group, 2007

Frankel, Richard, dkk., “Determinants of the Informativeness of Analyst Research,” Journal of Accounting and Economics, 41, 2006.

Fuente , David de La, dkk., “Genetic Algorithms to Optimise the Time to Make Stock Market Investment,” Proceeding of the 8th Annual Conference of Generic and Evolutionary Computations, NY: ACM Press, 2006.

Keane, Michael P. dan David E. Runkle, “Are Financial Analysts’ Forecast of Corporate Profits Rational?” Journal of Political Economy, 106, 1998.

Khanifar, Hossein, dkk., “Studying Affecting Factors on Analyst’s Decision Regarding Share Analysis in Tehran Stock Exchange: a Fundamental Analysis Approach,” European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences, Issue 44, 2012.

tp,”Technical Analysis,” www.code.pediapress.com, akses 03 Mei 2014.


[1] Analisis fundamental didasari oleh hipotesis bahwa pasar dapat merefleksikan nilai perusahaan berdasarkan potensi pertumbuhannya sehingga analisis ini fokus pada akun perusahaan dan proyeksi nilainya. Analisis ini mengevaluasi informasi terkini dalam laporan keuangan, laporan industri dan faktor-faktor ekonomi untuk mengetahui nilai intrinsik (fungsi variabel-variabel fundamental yang digabungkan untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan dan risikonya) perusahaan. Faktor-faktor ini mencakup kondisi perusahaan, kondisi industri dan kondisi ekonomi/ pasar. Berdasarkan fokus analisisnya, analisis fundamental dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu top-down dan down-top. Top-down menganalisa pasar, industri dan perusahaan secara berurutan, sedangkan down-top lebih fokus pada pondasi perusahaan yang mencakup produk, tingkat kompetitif dan kondisi keuangan yang digunakan sebagai alat untuk mengestimasi keuntungan potensial dan nilai perusaaan di pasar. David de La Fuente, dkk., “Genetic Algorithms to Optimise the Time to Make Stock Market Investment,” Proceeding of the 8th Annual Conference of Generic and Evolutionary Computations, (NY: ACM Press, 2006), hlm. 1857 dan Hossein Khanifar, dkk., “Studying Affecting Factors on Analyst’s Decision Regarding Share Analysis in Tehran Stock Exchange: a Fundamental Analysis Approach,” European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences, Issue 44, 2012, hlm. 79-79. Faktor fundamental yang banyak digunakan adalah kondisi keuangan yang diwakili oleh return on equity, pertumbuhan penjualan, pendapatan di masa akan datang, dan stabilitas neraca. Selain itu, faktor fundamental lain yang juga sering digunakan adalah model valuasi yang mencakup rasio harga terhadap pendapatan dan rasio harga terhadap nilai buku. Bistrova dan Lace, “Relevance of Fundamental Analysis on the Baltic Equity Market,” Economics and Management, 14, 2009, hlm. 133.
[2] Analisis teknikal didasarkan pada hipotesis bahwa faktor apapun yang mempengaruhi pasar akan langsung tampak pada harga serta volume saham perusahaan. Analisis ini mengestimasi fluktuasi harga saham dan mencari pola harga saham tersebut. Input yang digunakan dalam analisis ini diantaranya adalah relative strength index, moving average convergence divergence, dan stochastic index. David de La Fuente, dkk., “Genetic Algorithms to Optimise the Time......, hlm. 1857 dan Hossein Khanifar, dkk., “Studying Affecting Factors......, hlm. 78.
[3]Support and resistance bisa dikatakan seperti demand dan supply. Support merupakan tingkat harga di mana permintaan yang cukup terhadap suatu saham dapat menahan kecenderungan penurunan harga untuk sementara waktu (tingkat harga yang mendorong peningkatan aktivitas pembelian), sedangkan resistance merupakan tingkat harga di mana penawaran yang cukup suatu saham akan menghentikan dan mengembalikan ke harga semula (tingkat harga yang mendorong aktivitas penjualan). Dengan kata lain, Support and resistance adalah sejumlah tertentu permintaan dan penawaran pada tingkat harga yang diberikan. Dalam Robert Edwards, Technical Analysis of Stock Trends, edisi 9, (US: Taylor & Francis Group, 2007), hlm. 231.  
[4]Kehidupan para analis tergantung pada keakuratan ramalan mereka. Selain itu, banyak penelitian juga membuktikan bahwa ramalan para analis sifatnya rasional sehingga menjadi analisis fundamental yang diminati. Keane dan Runkle, “Are Financial Analysts’ Forecast of Corporate Profits Rational?” Journal of Political Economy, 106, 1998, hlm. 769-770. Hanya saja, sebagian pihak berpendapat bahwa analis terkadang merekomendasikan membeli saham tidak peduli kondisi pasar. Hal ini bisa terjadi karena bank atuapun perusahaan investasi tempat analis bekerja menghasilkan jutaan dolar dalam merger atau penawaran saham kepada perusahaan yang diestimasi. Alasan ini dapat mempengaruhi objektivitas analis.  Terkadang, penelitian analis bisa saja tidak mewakili nilai informasi yang relevan dengan pasar karena sejumlah alasan: (1) tujuan bank atau perusahaan investasi tempat analis bekerja, ia memberikan informasi dan layanan lain kepada pihak lain dalam pasar sehingga ia membutuhkan informasi tambahan untuk itu, (2) analis lain dan juga pengungkapan perusahaan secara berkala dipandang sebagai pengganti informasi penelitian individual analis, dan (3) bisa jadi analis memberikan informasi yang salah, barangkali untuk memperoleh keuntungan sendiri. Frankel, dkk., “Determinants of the Informativeness of Analyst Research,” Journal of Accounting and Economics, 41, 2006, hlm. 1&3.  
[5]Merupakan indikator momentum yang menggunakan tingkatan support and resistance. Stochastic sendiri mengacu pada asal harga sekarang berkaitan dengan range harganya selama periode waktu tertentu. tp,”Technical Analysis,” www.code.pediapress.com, akses 03 Mei 2014, hlm. 128.  
[6]Bull market adalah kondisi pasar yang cenderung naik yang dibedakan dalam tiga tahapan (fase). Fase pertama adalah akumulasi dimana kondisi bisnis yang dirasa naik menyebabkan semua saham yang ditawarkan diambil, fase kedua, kondisi stabil dengan peningkatan aktivitas serta kenaikan profit perusahaan yang menarik perhatian, dan fase ketiga, kondisi pasar yang begitu panas di mana kondisi keuangan sangat baik, harga naik luar biasa. Sementara itu, bear market adalah kondisi dimana kondisi pasar cenderung turun yang juga dibedakan dalam tiga fase. Fase pertama adalah periode distriusi, fase kedua merupakan fase panik sehingga pembelian berkurang dan fase ketiga adalah fase usaha memburuk sehingga tidak banyak yang mau menjual. Robert Edwards, Technical Analysis of Stock Trends......, hlm. 18-19.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam Selamat Datang

 Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh Selamat datang dan terimakasih kepada teman-teman yang sudah mampir ke laman rumahdialekis. ...