Selasa, 10 April 2018

EXPLORING THE ETHICAL IDENTITY OF ISLAMIC BANKS VIA COMMUNICATION IN ANNUAL REPORTS Oleh: Roszaini Haniffa dan Mohammad Hudaib_1404114


Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap ada atau tidaknya ketidaksesuaian antara identitas etis yang dituliskan dengan yang ideal dan mengukurnya dengan indeks identitas etis (EII). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tujuh bank Islam yang diteliti, hanya satu yang berada di atas rata-rata. Hasil temuan lainnya adalah bahwa ketidaksesuaian paling besar terletak pada komitmen terhadap masyarakat, pengungkapan visi dan misi perusahaan, kontribusi dan manajemen zakat, infaq dan dana qard hasan, serta informasi terkait manajemen tertinggi.

1.    Pendahuluan
Kata identitas dalam kamus Oxford berarti (1) mutlak sama, keutuhan, kesamaan dua ekspresi untuk semua nilai kuantitas literer, persamaan yang mengungkapkannya, (2) kondisi atau fakta tentang sesuatu atau sesorang itu sendiri bukan yang lain, individualitas, personalitas.
Sementara itu, identitas perusahaan bisa menggunakan dua arti tersebut secara bahasa. Simbol perusahaan yang tampak dan konsisten sesuai dengan arti yang pertama, sedangkan sifat perusahaan (realitas dan keunikan) perusahaan yang berbeda sesuai dengan arti yang kedua. Dengan begitu, identitas perusahaan bisa sama sekaligus berbeda.
 Menurut Birking dan Stadler, identitas perusahaan mempunyai empat unsur, yaitu personalitas, perilaku, komunikasi dan symbol. Sedangkan menurut Rekom, ada tiga unsur dalam identitas perusahaan yaitu bentuk esensi perusahaan, fitur yang membedakannya dengan yang lain dan keberlangsungan fitur tersebut dari waktu ke waktu. Lain lagi dengan Balmer dan Soenen yang mengidentifikasi bahwa ada tiga unsur perusahaan  yaitu ‘mind’ (semangat kerja, visi, strategi dan kinerja produk yang diungkapkan), ‘soul’ (nilai-nilai perusahaan yang berbeda), dan ‘voice’ (beragam cara untuk berkomunikasi dengan kelompok stakeholder). Jadi, identitas perusahaan adalah gabungan strategi, komunikasi, struktur dan budaya perusahaan yang mencakup unsur berwujud dan tidak berwujud perusahaan.
Salah satu sarana yang menginformasikan identitas perusahaan adalah laporan tahunan perusahaan. Bank Islam sebagai perusahaan tipe baru yang mempunyai tujuan sosial selain menghasilkan keuntungan harusnya memiliki identitas etis yang dihubungkan dengan filosofi bisnis mereka yang terkait erat dengan agama. Laporan tahunan bank Islam memberikan gambaran pola piker manajemen dalam periode tertentu yang memiliki pengaruh besar dan mudah diakses untuk kepentingan stakeholder ataupun untuk penelitian, sehingga dijadikan sebagai sumber untuk mengetahui identitas etis yang diungkapkan.

2.    Telaah Pustaka
Bank Islam mendapat perhatian besar beberapa tahun belakang karena pertumbuhan dan orientasi nilai yang diembannya. Meskipun begitu, bank Islam tidak lepas dari beragam kontroversi, misalnya produk yang masih dianggap tidak Islami. Oleh karena itu, bank Islam harus menekankan identitas etisnya dan proses brandingnya.
Fitur khusus yang membedakan bank Islam dari bank Konvensional adalah (1) filosofi dan nilai-nilai yang mendasarinya, (2) ketentuan produk bebas riba, (3) terbatas pada transaksi yang diterima secara Islam, (4) fokus pada tujuan pembangunan dan sosial, dan (5) adanya review tambahan dari Dewan Pengawas Syariah (SSB).
a.    Filosofi dan nilai yang mendasari
Bank Islam tidak hanya harus akuntabel secara finansial tapi juga secara moral. Oleh karena itu, laporan tahunannya harus dengan jelas menyebutkan: (1) komitmen untuk beroperasi sesuai prinsip syariah, (2) komitmen untuk memberikan bagi hasil sesuai dengan prinsip syariah, (3) komitmen untuk melakukan kerjasama investasi yang sesuai dengan syariah, (4) komitmen untuk memberikan pembiyaan untuk kegiatan yang sesuai dengan syariah, (5) komitmen untuk memenuhi kesepakatn kontrak dengan adanya pernyataan akad, (6) arah sekarang dan masa yang akan dating dalam melayani kebutuhan masyarakat Muslim, dan (7) pernyataan apresiasi terhadap stakeholder.
Terkait manajemen, laporan tahunan bank Islam harus menginformasikan: (1) nama, posisi dan foto anggota dewan  dan manajemen tertinggi, (2) profil anggota dewan dan manajemen tertinggi sebagai indicator pengetahuan dan kompetensi mereka di bidang perbankan dan syariah, dan (3) aspek-aspek tatakelola yang baik, tidak ada dualitas wewenang, memiliki komite audit.
b.   Ketentuan produk bebas riba
Bank Islam memiliki beragam instrument yang berbasis pada dua prinsip yaitu bagi hasil dan marku-up. Dalam rangka meningkatkan transparansi, maka bank Islam harus mengungkapkan: (1) aktivitas investasi secara detil dan (2) jika terdapat produk baru, apakah sudah mendapat persetujuan SSB atau belum dan jika sudah, harus dijelaskan alasan pengesahan produk baru tersebut.
c.    Transaksi-transkasi yang diterima secara Islam
Produk dan aktivitas yang dilakukan bank Islam haruslah yang diperbolehkan dalam Islam. Selain bebas riba, bank Islam juga harus menghindari transaksi bersifat spekulatif dan yang mengandung risiko yang melampaui batas. Terkait hal ini, dalam laporan tahunan, bank Islam harus menginformasikan: (1) keterlibatan apapun dengan aktivitas non-halal dan (2) jika terlibat dalam aktivitas non-halal, maka harus menyatakan alasan keterlibatan, persentase keuntungan yang diperoleh dari aktivitas tersebut dan bagaimana keuntungan tersebut dikelola.
d.   Fokus pada tujuan-tujuan pembangunan dan sosial
Tanggung jawab sosial bank Islam diwujudkan lewat kontribusi dan manajemen zakat, shadaqah, dana qard hasan, perlakuan terhadap karyawan dan orang yang berhutang serta tanggungjawab public lainnya. Terkait hal ini, laporan tahunan bank harus menginformasikan: (1) menentukan wajib zakat, (2) jika bank wajib zakat, maka harus dijelaskan apakah bank sudah membayarkan zakat, sumber zakat, penggunaan zakat, zakat yang tidak didistribusikan beserta alasannya, dan pengesahan dari SSB, (3) jumlah, sumber dan penggunaan shadaqah yang dipisahkan dari zakat, (4) jumlah ,sumber, dan penggunaan dana qard hasan, (5) kebijakan bank dalam menyediakan dana tersebut dan penanganan dana yang tidak dibayar kembali, (6) kesejahteraan karyawan, (7) pelatihan dan pengembangan SDA, jumlah yang dibayarkan untuk itu, skema pelatihan atau rekrutmen selanjutnya, (8) kesempatan yang sama, (9) penghargaan terhadap karyawan, (10) kebijakan utang dan jenis utang, dan (11) jumlah utang yang dihapuskan, (12) punya cabang perempuan, (13) menciptakan kesempatan kerja, (14) mendukung organisasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial pemerintah, dan (15) mensponsori even-even edukasi dan sosial.
e.    Tinjauan kembali oleh SSB
SSB bertindak sebagai mekanisme pengendalian internal yang tujuan utamanya adalah memberikan krediblitas terhadap kegiatan bank Islam dengan membuktikan legitimasi mereka berdasarkan sudut pandang syariah. Laporan terkait SSB, idealnya, menginformasikan: (1) nama, foto, dan remunerasi anggota SSB, (2) jumlah pertemuan yang diadakan, (3) cacat produk yang ditawarkan, jika ada, rekomendasi untuk memperbaiki kecacatan dan tindakan yang dilakukan manajemen, (4) basis pengujian dokumen, (5) pengesahan keuntungan yang diperoleh secara halal, dan (5) tanda tangan semua anggota.

3.    Metode Penelitian
Populasi penelitian ini terdiri dari bank-bank Islam yang beroperasi di wilayah Teluk Arab yang mencakup Bahrain, Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Oman, dan Uni Emirat Arab. Sampelnya didasarkan pada daftar lembaga keuangan di IBF NET (http://www.Islamic-finance.net/bank.html) yang terdiri dari 24 lembaga. Sampel yang diambil adalah sebanyak 7 bank Islam di 4 negara yang laporan tahunannya tahun 2002-2004 tersedia dalam bahasa Inggris.
Penelitian ini menggunakan content analysis yang merupakan metode menyusun teks dari potongan-potongan tulisan menjadi beragam kelompok berdasarkan kriteria yang dipliih. Kriteria dan kategori dalam penelitian ini diperoleh dari pemahaman terhadap literatur Islam terkait perspektif Islam tentang tanggungjawab sosial yang mencakup lima tema terkait identitas etis ideal bank Islam.
Pengukuran identitas etis communicated dan ideal digunakan Ethical Identity Index. Semakin tinggi angka EII maka semakin sedikit perbedaan antara identitas etis communicated dan ideal. Artinya, bank Islam sudah menggunakan strategi komunikasi yang sesuai dengan identitas etis agamanya. EII yang rendah mengindikasikan perlunya peningkatan strategi komunikasi bank untuk memperkuat imej etis dan reputasinya serta untuk mencapai keuntungan kompetitif.

4.    Analisis dan Diskusi Hasil
EII keseluruhan tertinggi untuk tiga tahun yang diteliti diperoleh oleh Bahrain Islamic Bank (BIB), lalu diikuti oleh Syamil Islamic Bank (SIB). Angka terendah berada pada Al-Rajhi Bank (ARB). Hasil tahun 2002-2004 menunjukkan keberagaman dan inkonsistensi antara identitas etis communicated dan ideal.
a.    Dimensi Pernyataan visi dan misi
Pada dimensi ini, BIB memiliki EII tertinggi dan DIB terendah. DIB tidak menginformasikan konsep apapun terkait dimensi visi dan misi pada tahun 2002 dan 2003 tapi ada pada tahun 2004, sedangkan BIB menginformasikan semua konsep dimensi ini pada tahun 2004. Baik DIB ataupun BIB melakukan hal ini dengan alasan untuk meningkatkan daya saing.

b.    Dimensi BODs dan managemen tertinggi
Terkait Dewan Direksi, hanya DIB dan KFH yang konsisten selama 3 tahun. BIB mengurangi informasi ini pada tahun 2003, sedangkan ADIB dan ARB meningkatkan informasi mereka terutama sehubungan dengan manajemen tertinggi. Pada tahun 2004, BIB meningkatkan informasinya sementara ADIB dan ARB menguranginya. Rata-rata EII selama 3 tahun pada dimensi ini, angka terendah berada pada ADIB dan tertinggi pada BIB.
c.    Dimensi produk dan jasa
EII tertinggi ada pada DIB dan BIB dengan skor penuh pada tahun 2004. Informasi dimensi ini turun pada tahun 2003 pada ADIB, ARB, KFH dan SIB, sedangkan DIB dan KFH meningkat.
d.   Dimensi zakat, shadaqah, dan qard hasan
EII tertinggi ada pada BIB dan terendah pada DIB di tahun 2002 dan ARB pada tahun 22003 dan 2004.
e.    Dimensi komitmen terhadap karyawan
EII tertinggi tahun 2002 ada pada ADIB dan BIB dan berpindah kepada SIB tahun 2003-2004. Rata-rata EII tiga tahun, tertinggi adalah SIB dan terendah ARB karena tahun 2002 ARB tidak menginformasikan apapun terkait kesejahteraan karyawan.
f.     Dimensi komitmen terhadap debitur
Rata-rata EII terendah ada pada ARB dan tertinggi pada BIB dan DIB. ADIB, ABB, ARB, dam SIB tidak menginformasikan jumlah utang yang dihapuskan. Selain itu, ADIB dan SIB tidak mengungkapkan kebijakan utang mereka dan ARB merupakan satu-satunya bank yang tidak memberikan detil jenis aktivitas lending.
g.    Dimensi komitmen terhadap komunitas dan masyarakat
EII tertinggi ada pada KFH. Tahun 2002, DIB tidak mengungkapkan aspek ini, ADIB pada tahun 2004 dan ARB pada tahun 2003 dan 2004. Aspek sponsor untuk even-even hanya diungkapkan oleh ADIB tahun 2002 dan SIB tahun 2003.
h.    Dimensi dewan pengawas syariah
KFH, ADIB, ARB, SIB dan DIB secara konsisten selama tiga tahun menginformasikan dimensi SSB. Rata-rata EII mengindikasikan bahwa bank Islam (ABB, SIB, dan BIB) menginformasikan lebih dari 50% konsep pada dimensi ini. Hanya laporan SSB dari ADIB dan DIB yang secara konsisten mengindikasikan bahwa distribusi bagi hasil bank sesuai dengan syariah.

5.    Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tujuh bank Islam yang diteliti, hanya satu yang berada di atas rata-rata. Hasil temuan lainnya adalah bahwa ketidaksesuaian paling besar terletak pada komitmen terhadap masyarakat, pengungkapan visi dan misi perusahaan, kontribusi dan manajemen zakat, infaq dan dana qard hasan, serta informasi terkait manajemen tertinggi.
Hasil penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu; (1) penelitian hanya fokus pada perbandingan identitas etis communicated dan ideal dan (2) penelitian hanya fokus pada komunikasi pada laporan tahunan perusahaan, dan (3) penelitian terbatas pada bank Islam di wilayah Teluk Arab.
Saran untuk penelitian selanjutnya: (1) peneliti selanjutnya melakukan perbandingan antara identitas actual dan communicated serta identitas etis actual dan ideal untuk memperoleh bukti distorsi intensi bank Islam dalam laporan tahunan mereka dalam rangka memperkuat identitas etis mereka, (2) peneliti selanjutnya menggunakan pengungkapan pada media lain selain laporan tahunan, misalnya koran dan majalah, (3) peneliti selanjutnya menambah sampel pada bank Islam di Negara-negara lain dan dimasukkan juga bank konvensional dengan unit syariah, dan (4) penelitian selanjutnya bisa menggunakan pendekatan metodologis yang lain dan meningkatkan instrument penelitian yang sudah ada (misalnya melakukan wawancara intensif dengan manajemen dan stakeholder).

6.    Ulasan
Salah satu tolak ukur identitas etis ideal bank Islam adalah filosofi dan nilai-nilai yang mendasari aktivitas bank Islam. Pada tolak ukur ini terdapat hal-hal terkait manajemen yang harus diinformasikan dalam laporan tahunan. Hal-hal ini dijadikan sebagai patokan (ideal) identitas etis bank Islam yang kemudian akan dibandingkan dengan identitas etis communicated yang diperoleh dari laporan tahunan bank. Identitas etis ideal bank Islam terwujud dengan adanya laporan terkait manajemen yang memuat: (1) nama, posisi dan foto anggota dewan  dan manajemen tertinggi, (2) profil anggota dewan dan manajemen tertinggi sebagai indicator pengetahuan dan kompetensi mereka di bidang perbankan dan syariah, dan (3) aspek-aspek tatakelola yang baik, tidak ada dualitas wewenang, memiliki komite audit.
Poin (1) dan (3) bisa dikatakan merupakan identitas etis yang dimiliki oleh semua jenis perusahaan, tidak hanya lembaga keuangan Islam. Barangkali poin (2) dengan penekanan pada pengetahuan, pengalaman dan kompetensi manajemen di bidang perbankan dan syariah bisa dikatakan menunjukkan identitas etis ideal bank Islam. Tapi ini saja tidaklah cukup untuk membedakannya dengan identitas etis perusahaan lain.
Tolak ukur ketiga adalah transaksi-transkasi yang diterima secara Islam.Produk dan aktivitas yang dilakukan bank Islam haruslah yang diperbolehkan dalam Islam (bebas riba, menghindari transaksi bersifat spekulatif dan yang mengandung risiko yang melampaui batas). Terkait hal ini, dalam laporan tahunan, bank Islam harus menginformasikan: (1) keterlibatan apapun dengan aktivitas non-halal dan (2) jika terlibat dalam aktivitas non-halal, maka harus menyatakan alasan keterlibatan, persentase keuntungan yang diperoleh dari aktivitas tersebut dan bagaimana keuntungan tersebut dikelola.
Poin (1) dan (2) hanya menunjukkan keterlibatan bank Islam dengan transaksi non-halal, tidak menjelaskan tentang keterlibatan bank Islam dengan transaksi spekulatif dan risiko yang melampaui batas. Harusnya dalam poin ini dijelaskan aktivitas apa yang dipandang spekulatif dan batasan risiko dianggap melamapuai batas seperti apa. Karena tolak ukur ini tidak memberikan indicator yang jelas terkait transaksi yang diperbolehkan Islam, maka  tidak tepat digunakan untuk dibandingkan dengan identitas etis communicated bank Islam.
Pada tolak ukur keempat, fokus pada tujuan-tujuan pembangunan dan sosial, salah satu aspeknya adalah perlakuan terhadap orang yang berhutang. Laporan tahunan terkait hal ini harus menginformasikan kebijakan utang dan jenis utang dan  jumlah utang yang dihapuskan.
Poin ini kiranya sedikit rancu. Kenapa bank Islam harus memberikan perlakuan terpisah kepada mereka yang berhutang? Bukankah bank Islam memiliki dana qard hasan yang ditujukan sebagai pinjaman tanpa imbalan, dan akan dihapuskan ketika yang meminjam tidak mampu mengembalikan?
Selain itu, tidak terlihatnya identitas etis bank Islam pada laporan tahunannya bukan berarti bank tersebut tidak punya identitas etis. Barangkali ada alasan tertentu yang menyebabkan bank tidak pelu memperlihatkan hal tersebut. Misalnya saja, manajemen sudah merasa cukup dengan laporan SSB sehingga mereka tidak perlu lagi mengungkapkan aspek-aspek lain terkait identitas etis bank atau ada bank yang memperlakukan zakat sebagai pajak sehingga mengurangi EII pada dimensi zakat, shadaqah dan qard hasannya.
Lagi pula, adanya pengungkapan dengan berbagai tolak ukur di atas tidak menjamin bahwa bank Islam mempunyai dan menjaga identitas etis mereka. Bisa jadi saja keberadaan aspek tesebut hanya digunakan untuk kepentingan dan keuntungan bank sendiri. Misalnya pada dimensi pernyataan visi dan misi, BIB dan DIB yang diteliti ternyata menggunakannya sebagai alat untuk meningkatkan daya saing mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam Selamat Datang

 Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh Selamat datang dan terimakasih kepada teman-teman yang sudah mampir ke laman rumahdialekis. ...