Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkap ada atau tidaknya ketidaksesuaian antara identitas etis yang
dituliskan dengan yang ideal dan mengukurnya dengan indeks identitas etis
(EII). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tujuh bank Islam yang diteliti,
hanya satu yang berada di atas rata-rata. Hasil temuan lainnya adalah bahwa
ketidaksesuaian paling besar terletak pada komitmen terhadap masyarakat,
pengungkapan visi dan misi perusahaan, kontribusi dan manajemen zakat, infaq
dan dana qard hasan, serta informasi terkait manajemen tertinggi.
1.
Pendahuluan
Kata identitas dalam
kamus Oxford berarti (1) mutlak sama, keutuhan, kesamaan dua ekspresi untuk
semua nilai kuantitas literer, persamaan yang mengungkapkannya, (2) kondisi
atau fakta tentang sesuatu atau sesorang itu sendiri bukan yang lain, individualitas,
personalitas.
Sementara itu, identitas
perusahaan bisa menggunakan dua arti tersebut secara bahasa. Simbol perusahaan
yang tampak dan konsisten sesuai dengan arti yang pertama, sedangkan sifat
perusahaan (realitas dan keunikan) perusahaan yang berbeda sesuai dengan arti
yang kedua. Dengan begitu, identitas perusahaan bisa sama sekaligus berbeda.
Menurut Birking dan Stadler, identitas
perusahaan mempunyai empat unsur, yaitu personalitas, perilaku, komunikasi dan
symbol. Sedangkan menurut Rekom, ada tiga unsur dalam identitas perusahaan yaitu
bentuk esensi perusahaan, fitur yang membedakannya dengan yang lain dan
keberlangsungan fitur tersebut dari waktu ke waktu. Lain lagi dengan Balmer dan
Soenen yang mengidentifikasi bahwa ada tiga unsur perusahaan yaitu ‘mind’ (semangat kerja, visi,
strategi dan kinerja produk yang diungkapkan), ‘soul’ (nilai-nilai
perusahaan yang berbeda), dan ‘voice’ (beragam cara untuk berkomunikasi
dengan kelompok stakeholder). Jadi, identitas perusahaan adalah gabungan
strategi, komunikasi, struktur dan budaya perusahaan yang mencakup unsur
berwujud dan tidak berwujud perusahaan.
Salah satu sarana yang
menginformasikan identitas perusahaan adalah laporan tahunan perusahaan. Bank
Islam sebagai perusahaan tipe baru yang mempunyai tujuan sosial selain
menghasilkan keuntungan harusnya memiliki identitas etis yang dihubungkan
dengan filosofi bisnis mereka yang terkait erat dengan agama. Laporan tahunan bank
Islam memberikan gambaran pola piker manajemen dalam periode tertentu yang
memiliki pengaruh besar dan mudah diakses untuk kepentingan stakeholder ataupun
untuk penelitian, sehingga dijadikan sebagai sumber untuk mengetahui identitas
etis yang diungkapkan.
2.
Telaah
Pustaka
Bank Islam mendapat
perhatian besar beberapa tahun belakang karena pertumbuhan dan orientasi nilai
yang diembannya. Meskipun begitu, bank Islam tidak lepas dari beragam
kontroversi, misalnya produk yang masih dianggap tidak Islami. Oleh karena itu,
bank Islam harus menekankan identitas etisnya dan proses brandingnya.
Fitur khusus yang
membedakan bank Islam dari bank Konvensional adalah (1) filosofi dan
nilai-nilai yang mendasarinya, (2) ketentuan produk bebas riba, (3) terbatas
pada transaksi yang diterima secara Islam, (4) fokus pada tujuan pembangunan
dan sosial, dan (5) adanya review tambahan dari Dewan Pengawas Syariah (SSB).
a.
Filosofi
dan nilai yang mendasari
Bank Islam tidak hanya
harus akuntabel secara finansial tapi juga secara moral. Oleh karena itu,
laporan tahunannya harus dengan jelas menyebutkan: (1) komitmen untuk
beroperasi sesuai prinsip syariah, (2) komitmen untuk memberikan bagi hasil
sesuai dengan prinsip syariah, (3) komitmen untuk melakukan kerjasama investasi
yang sesuai dengan syariah, (4) komitmen untuk memberikan pembiyaan untuk
kegiatan yang sesuai dengan syariah, (5) komitmen untuk memenuhi kesepakatn
kontrak dengan adanya pernyataan akad, (6) arah sekarang dan masa yang akan
dating dalam melayani kebutuhan masyarakat Muslim, dan (7) pernyataan apresiasi
terhadap stakeholder.
Terkait manajemen,
laporan tahunan bank Islam harus menginformasikan: (1) nama, posisi dan foto
anggota dewan dan manajemen tertinggi,
(2) profil anggota dewan dan manajemen tertinggi sebagai indicator pengetahuan
dan kompetensi mereka di bidang perbankan dan syariah, dan (3) aspek-aspek
tatakelola yang baik, tidak ada dualitas wewenang, memiliki komite audit.
b.
Ketentuan
produk bebas riba
Bank Islam memiliki
beragam instrument yang berbasis pada dua prinsip yaitu bagi hasil dan
marku-up. Dalam rangka meningkatkan transparansi, maka bank Islam harus
mengungkapkan: (1) aktivitas investasi secara detil dan (2) jika terdapat
produk baru, apakah sudah mendapat persetujuan SSB atau belum dan jika sudah,
harus dijelaskan alasan pengesahan produk baru tersebut.
c.
Transaksi-transkasi
yang diterima secara Islam
Produk dan aktivitas
yang dilakukan bank Islam haruslah yang diperbolehkan dalam Islam. Selain bebas
riba, bank Islam juga harus menghindari transaksi bersifat spekulatif dan yang
mengandung risiko yang melampaui batas. Terkait hal ini, dalam laporan tahunan,
bank Islam harus menginformasikan: (1) keterlibatan apapun dengan aktivitas
non-halal dan (2) jika terlibat dalam aktivitas non-halal, maka harus
menyatakan alasan keterlibatan, persentase keuntungan yang diperoleh dari
aktivitas tersebut dan bagaimana keuntungan tersebut dikelola.
d.
Fokus pada
tujuan-tujuan pembangunan dan sosial
Tanggung jawab sosial
bank Islam diwujudkan lewat kontribusi dan manajemen zakat, shadaqah, dana qard
hasan, perlakuan terhadap karyawan dan orang yang berhutang serta tanggungjawab
public lainnya. Terkait hal ini, laporan tahunan bank harus menginformasikan:
(1) menentukan wajib zakat, (2) jika bank wajib zakat, maka harus dijelaskan
apakah bank sudah membayarkan zakat, sumber zakat, penggunaan zakat, zakat yang
tidak didistribusikan beserta alasannya, dan pengesahan dari SSB, (3) jumlah,
sumber dan penggunaan shadaqah yang dipisahkan dari zakat, (4) jumlah ,sumber,
dan penggunaan dana qard hasan, (5) kebijakan bank dalam menyediakan dana tersebut
dan penanganan dana yang tidak dibayar kembali, (6) kesejahteraan karyawan, (7)
pelatihan dan pengembangan SDA, jumlah yang dibayarkan untuk itu, skema
pelatihan atau rekrutmen selanjutnya, (8) kesempatan yang sama, (9) penghargaan
terhadap karyawan, (10) kebijakan utang dan jenis utang, dan (11) jumlah utang
yang dihapuskan, (12) punya cabang perempuan, (13) menciptakan kesempatan
kerja, (14) mendukung organisasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan
berpartisipasi dalam aktivitas sosial pemerintah, dan (15) mensponsori
even-even edukasi dan sosial.
e.
Tinjauan
kembali oleh SSB
SSB bertindak sebagai mekanisme
pengendalian internal yang tujuan utamanya adalah memberikan krediblitas
terhadap kegiatan bank Islam dengan membuktikan legitimasi mereka berdasarkan
sudut pandang syariah. Laporan terkait SSB, idealnya, menginformasikan: (1)
nama, foto, dan remunerasi anggota SSB, (2) jumlah pertemuan yang diadakan, (3)
cacat produk yang ditawarkan, jika ada, rekomendasi untuk memperbaiki kecacatan
dan tindakan yang dilakukan manajemen, (4) basis pengujian dokumen, (5)
pengesahan keuntungan yang diperoleh secara halal, dan (5) tanda tangan semua
anggota.
3.
Metode
Penelitian
Populasi penelitian ini
terdiri dari bank-bank Islam yang beroperasi di wilayah Teluk Arab yang
mencakup Bahrain, Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Oman, dan Uni Emirat Arab.
Sampelnya didasarkan pada daftar lembaga keuangan di IBF NET (http://www.Islamic-finance.net/bank.html)
yang terdiri dari 24 lembaga. Sampel yang diambil adalah sebanyak 7 bank Islam
di 4 negara yang laporan tahunannya tahun 2002-2004 tersedia dalam bahasa
Inggris.
Penelitian ini
menggunakan content analysis yang merupakan metode menyusun teks dari
potongan-potongan tulisan menjadi beragam kelompok berdasarkan kriteria yang
dipliih. Kriteria dan kategori dalam penelitian ini diperoleh dari pemahaman
terhadap literatur Islam terkait perspektif Islam tentang tanggungjawab sosial
yang mencakup lima tema terkait identitas etis ideal bank Islam.
Pengukuran identitas
etis communicated dan ideal digunakan Ethical Identity Index.
Semakin tinggi angka EII maka semakin sedikit perbedaan antara identitas etis communicated
dan ideal. Artinya, bank Islam sudah menggunakan strategi komunikasi
yang sesuai dengan identitas etis agamanya. EII yang rendah mengindikasikan
perlunya peningkatan strategi komunikasi bank untuk memperkuat imej etis dan
reputasinya serta untuk mencapai keuntungan kompetitif.
4.
Analisis
dan Diskusi Hasil
EII keseluruhan
tertinggi untuk tiga tahun yang diteliti diperoleh oleh Bahrain Islamic Bank
(BIB), lalu diikuti oleh Syamil Islamic Bank (SIB). Angka terendah berada pada
Al-Rajhi Bank (ARB). Hasil tahun 2002-2004 menunjukkan keberagaman dan
inkonsistensi antara identitas etis communicated dan ideal.
a.
Dimensi
Pernyataan visi dan misi
Pada dimensi ini, BIB
memiliki EII tertinggi dan DIB terendah. DIB tidak menginformasikan konsep
apapun terkait dimensi visi dan misi pada tahun 2002 dan 2003 tapi ada pada
tahun 2004, sedangkan BIB menginformasikan semua konsep dimensi ini pada tahun
2004. Baik DIB ataupun BIB melakukan hal ini dengan alasan untuk meningkatkan
daya saing.
b.
Dimensi
BODs dan managemen tertinggi
Terkait Dewan Direksi,
hanya DIB dan KFH yang konsisten selama 3 tahun. BIB mengurangi informasi ini
pada tahun 2003, sedangkan ADIB dan ARB meningkatkan informasi mereka terutama
sehubungan dengan manajemen tertinggi. Pada tahun 2004, BIB meningkatkan informasinya
sementara ADIB dan ARB menguranginya. Rata-rata EII selama 3 tahun pada dimensi
ini, angka terendah berada pada ADIB dan tertinggi pada BIB.
c.
Dimensi
produk dan jasa
EII tertinggi ada pada
DIB dan BIB dengan skor penuh pada tahun 2004. Informasi dimensi ini turun pada
tahun 2003 pada ADIB, ARB, KFH dan SIB, sedangkan DIB dan KFH meningkat.
d.
Dimensi zakat,
shadaqah, dan qard hasan
EII tertinggi ada pada
BIB dan terendah pada DIB di tahun 2002 dan ARB pada tahun 22003 dan 2004.
e.
Dimensi
komitmen terhadap karyawan
EII tertinggi tahun
2002 ada pada ADIB dan BIB dan berpindah kepada SIB tahun 2003-2004. Rata-rata
EII tiga tahun, tertinggi adalah SIB dan terendah ARB karena tahun 2002 ARB
tidak menginformasikan apapun terkait kesejahteraan karyawan.
f.
Dimensi
komitmen terhadap debitur
Rata-rata EII terendah
ada pada ARB dan tertinggi pada BIB dan DIB. ADIB, ABB, ARB, dam SIB tidak
menginformasikan jumlah utang yang dihapuskan. Selain itu, ADIB dan SIB tidak
mengungkapkan kebijakan utang mereka dan ARB merupakan satu-satunya bank yang
tidak memberikan detil jenis aktivitas lending.
g.
Dimensi
komitmen terhadap komunitas dan masyarakat
EII tertinggi ada pada
KFH. Tahun 2002, DIB tidak mengungkapkan aspek ini, ADIB pada tahun 2004 dan
ARB pada tahun 2003 dan 2004. Aspek sponsor untuk even-even hanya diungkapkan
oleh ADIB tahun 2002 dan SIB tahun 2003.
h.
Dimensi
dewan pengawas syariah
KFH, ADIB, ARB, SIB dan DIB secara
konsisten selama tiga tahun menginformasikan dimensi SSB. Rata-rata EII
mengindikasikan bahwa bank Islam (ABB, SIB, dan BIB) menginformasikan lebih
dari 50% konsep pada dimensi ini. Hanya laporan SSB dari ADIB dan DIB yang
secara konsisten mengindikasikan bahwa distribusi bagi hasil bank sesuai dengan
syariah.
5.
Kesimpulan
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari tujuh bank Islam yang diteliti, hanya satu yang berada
di atas rata-rata. Hasil temuan lainnya adalah bahwa ketidaksesuaian paling
besar terletak pada komitmen terhadap masyarakat, pengungkapan visi dan misi
perusahaan, kontribusi dan manajemen zakat, infaq dan dana qard hasan, serta
informasi terkait manajemen tertinggi.
Hasil penelitian ini
memiliki beberapa keterbatasan, yaitu; (1) penelitian hanya fokus pada
perbandingan identitas etis communicated dan ideal dan (2)
penelitian hanya fokus pada komunikasi pada laporan tahunan perusahaan, dan (3)
penelitian terbatas pada bank Islam di wilayah Teluk Arab.
Saran untuk penelitian
selanjutnya: (1) peneliti selanjutnya melakukan perbandingan antara identitas
actual dan communicated serta identitas etis actual dan ideal
untuk memperoleh bukti distorsi intensi bank Islam dalam laporan tahunan mereka
dalam rangka memperkuat identitas etis mereka, (2) peneliti selanjutnya
menggunakan pengungkapan pada media lain selain laporan tahunan, misalnya koran
dan majalah, (3) peneliti selanjutnya menambah sampel pada bank Islam di
Negara-negara lain dan dimasukkan juga bank konvensional dengan unit syariah,
dan (4) penelitian selanjutnya bisa menggunakan pendekatan metodologis yang
lain dan meningkatkan instrument penelitian yang sudah ada (misalnya melakukan
wawancara intensif dengan manajemen dan stakeholder).
6.
Ulasan
Salah
satu tolak ukur identitas etis ideal bank Islam adalah filosofi dan
nilai-nilai yang mendasari aktivitas bank Islam. Pada tolak ukur ini terdapat
hal-hal terkait manajemen yang harus diinformasikan dalam laporan tahunan.
Hal-hal ini dijadikan sebagai patokan (ideal) identitas etis bank Islam
yang kemudian akan dibandingkan dengan identitas etis communicated yang
diperoleh dari laporan tahunan bank. Identitas etis ideal bank Islam
terwujud dengan adanya laporan terkait manajemen yang memuat: (1) nama, posisi
dan foto anggota dewan dan manajemen
tertinggi, (2) profil anggota dewan dan manajemen tertinggi sebagai indicator
pengetahuan dan kompetensi mereka di bidang perbankan dan syariah, dan (3)
aspek-aspek tatakelola yang baik, tidak ada dualitas wewenang, memiliki komite
audit.
Poin
(1) dan (3) bisa dikatakan merupakan identitas etis yang dimiliki oleh semua
jenis perusahaan, tidak hanya lembaga keuangan Islam. Barangkali poin (2)
dengan penekanan pada pengetahuan, pengalaman dan kompetensi manajemen di
bidang perbankan dan syariah bisa dikatakan menunjukkan identitas etis ideal
bank Islam. Tapi ini saja tidaklah cukup untuk membedakannya dengan identitas
etis perusahaan lain.
Tolak
ukur ketiga adalah transaksi-transkasi yang diterima secara Islam.Produk dan
aktivitas yang dilakukan bank Islam haruslah yang diperbolehkan dalam Islam
(bebas riba, menghindari transaksi bersifat spekulatif dan yang mengandung
risiko yang melampaui batas). Terkait hal ini, dalam laporan tahunan, bank
Islam harus menginformasikan: (1) keterlibatan apapun dengan aktivitas
non-halal dan (2) jika terlibat dalam aktivitas non-halal, maka harus
menyatakan alasan keterlibatan, persentase keuntungan yang diperoleh dari
aktivitas tersebut dan bagaimana keuntungan tersebut dikelola.
Poin
(1) dan (2) hanya menunjukkan keterlibatan bank Islam dengan transaksi
non-halal, tidak menjelaskan tentang keterlibatan bank Islam dengan transaksi
spekulatif dan risiko yang melampaui batas. Harusnya dalam poin ini dijelaskan
aktivitas apa yang dipandang spekulatif dan batasan risiko dianggap melamapuai
batas seperti apa. Karena tolak ukur ini tidak memberikan indicator yang jelas
terkait transaksi yang diperbolehkan Islam, maka tidak tepat digunakan untuk dibandingkan
dengan identitas etis communicated bank Islam.
Pada
tolak ukur keempat, fokus pada tujuan-tujuan pembangunan dan sosial, salah satu
aspeknya adalah perlakuan terhadap orang yang berhutang. Laporan tahunan
terkait hal ini harus menginformasikan kebijakan utang dan jenis utang dan jumlah utang yang dihapuskan.
Poin
ini kiranya sedikit rancu. Kenapa bank Islam harus memberikan perlakuan
terpisah kepada mereka yang berhutang? Bukankah bank Islam memiliki dana qard
hasan yang ditujukan sebagai pinjaman tanpa imbalan, dan akan dihapuskan ketika
yang meminjam tidak mampu mengembalikan?
Selain
itu, tidak terlihatnya identitas etis bank Islam pada laporan tahunannya bukan
berarti bank tersebut tidak punya identitas etis. Barangkali ada alasan
tertentu yang menyebabkan bank tidak pelu memperlihatkan hal tersebut. Misalnya
saja, manajemen sudah merasa cukup dengan laporan SSB sehingga mereka tidak
perlu lagi mengungkapkan aspek-aspek lain terkait identitas etis bank atau ada
bank yang memperlakukan zakat sebagai pajak sehingga mengurangi EII pada
dimensi zakat, shadaqah dan qard hasannya.
Lagi
pula, adanya pengungkapan dengan berbagai tolak ukur di atas tidak menjamin
bahwa bank Islam mempunyai dan menjaga identitas etis mereka. Bisa jadi saja
keberadaan aspek tesebut hanya digunakan untuk kepentingan dan keuntungan bank
sendiri. Misalnya pada dimensi pernyataan visi dan misi, BIB dan DIB yang
diteliti ternyata menggunakannya sebagai alat untuk meningkatkan daya saing
mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar