A.
Pendahuluan
Etika bisnis menjadi elemen dasar
dalam dunia bisnis internasional karena dapat membawa kedamaian dan keadilan
dalam transaksi perdagangan/ bisnis. Belakangan, bisnis digerogoti kegagalan
etika sehingga orang-orang kembali tertarik untuk mengembalikan spiritualitas
dan agama ke dalam dunia kerja.
Perbedaan agama dan budaya tiap
negara menyebabkan etika bisnis satu negara berbeda dengan negara lainnya.
Hanya saja, secara umum, semua agama meskipun dengan bentuk yang berbeda-beda, memiliki
ajaran moral yang sama yaitu menolak segala macam tindakan yang tidak beretika.
Berdasarkan latar belakang di atas,
Agaoglu mencoba untuk melihat instrumen-instrumen modern dalam penerapan etika
bisnis dan ingin membandingkan etika bisnia Islam (Turki) dan etika bisnis
Kristen (Romania).
B.
Permasalahan
Permasalahan yang akan dijawab
dalam artikel ini adalah:
1.
Apa makna etika dalam ajaran Islam?
2.
Apa hubungan antara etika, sifat
dasar manusia dan agama dalam Islam?
Selain mencoba menjawab pertanyaan
tersebut, artikel ini juga membahas beberapa hal lain, yaitu:
1.
Nilai dan prinsip etika bisnis
dalam Islam
2.
Nilai dan prinsip etika bisnis
penduduk Turki
3.
Nilai dan prinsip etika bisnis
Kristen Romania
C.
Pembahasan
1.
Nilai dan prinsip etika bisnis
dalam Islam
Etika bisnis dalam Islam mengandung
dua unsur utama, yaitu unsur filosofis dan epistemologis serta aplikasi etika
bisnis itu sendiri. Etika bisnis Islam berasal dari sumber transenden yang
didasarkan pada al-Qur’an sehingga akan kekal sepanjang masa. Al-Qur’an
menjelaskan bahwa manusia merupakan khalifah/ perwakilan Allah di bumi. Fungsi
kekhalifahan ini merupakah salah satu alasan keberadaan manusia di dunia
sekaligus karena komitmen etik mereka lewat penghambaan kepada Allah.
Tanggung jawab penghambaan ini
tercakup dalam ajaran Islam yang kita kenal dengan nama Syari’ah. Kata syariah
ini dapat dimaknai secara sempit dan luas. Secara sempit, syariah berarti hukum
Islam. Sedangkan secara luas, syariah dipahami sebagai serangkaian norma, nilai
dan hukum. Jika dilihat pada makna syariah secara luas, maka bagian syariah
yang dijadikan basis sekaligus penguat etika bisnis Islam adalah norma dan
nilai Islam.
Asal/ epistemologi moral (norma)
dalam Islam adalah usul fiqh yang merupakan salah satu metodologi khas
untuk mendeduksi hukum berbasis logika, pemahaman, dan pertimbangan. Pada
dasarnya, metodologi usul fiqh dapat digunakan untuk menjawab berbagai
persoalan etika modern.
Aplikasi etika merupakan tantangan
terbesar sistem etika. Zaman dulu, kaum Muslim memiliki mekanisme yang efisien
dalam menerapkan sistem etika. Sekarang, mekanisme tersebut menjadi sulit
karena lingkungan bisnis sudah berkembang dan dimodifikasi. Secara normatif,
etika bisnis Islam memiliki kekuatan dan efisien secara teori namun sangat
berbeda pada aspek praktiknya. Hal ini terjadi karena kurangnya institusi yang
mumpuni dan efisien yang harusnya mampu mengubah konsep normatif menjadi konsep
praktis. Agaoglu berpendapat bahwa aplikasi etika bisnis Islam membutuhkan
fleksibilitas dan pengujian detil terkait beragam situasi dan berbagai macam
faktor konseptual.
Perbedaan mendasar idelasime dan relativisme
Muslim dibanding agama lain adalah:
a.
Islam tidak memaksakan satu
persepsi ideal dalam kehidupan
b.
Etika didukung dengan peradaban kuat
yang mereka bangun dan kontrol mereka dalam perdagangan global di masa lalu.
c.
Keberhasilan dalam praktik karena
kecakapan dan penyesuaian diri dalam etika Islam.
Etika dan agama dalam Islam berasal
dari fitrah manusia itu sendiri yaitu suci dan berbuat kebajikan. Oleh karena
itu, dalam Islam, etika, agama dan hukum saling melengkapi satu sama lain tanpa
ada pertentangan apapun.
2.
Hubungan antara etika bisnis Islam
dan budaya Turki
Nilai utama yang berkembang di
kalangan Muslim Turki adalah kerja keras sebagai kewajiban dalam Islam, niat
baik, tanggung jawab, rahmat, dan keseimbangan dalam kehidupan individu.
Kerja keras dipandang sebagai
kebaikan. Bekerja dengan rasional, menunjukkan komitmen yang kuat dan kerja
keras merupakan pemahaman baru di Turki.
Sementara itu, pada poin tanggung
jawab terdapat dua level yang harus dipelihara yaitu level individu dan
institusi. Pada level individu, kejujuran dan tanggung jawab seseorang dalam
bisnis dipandang sebagai kewajiban agama. Seseorang beretika sebagai perwujudan
dari ketaqwaannya kepada Allah.
Keseimbangan dalam kehidupan
individu berarti menghindari prilaku berlebih-lebihan serta egoisme dan
melakukan amal saleh serta menjauhi kemewahan dan berlagak yang dipandang
sebagai bahaya yang akan membawa pada terkikisnya etika Islam. Hanya saja,
praktik di Turki masih bertentangan dengan nilai yang mereka yakini dan pegang
ini.
3.
Nilai dan prinsip etika bisnis
dalam Kristen
Pilar teologi Kristen adalah
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Berdasarkan pilar ini, menjadi seorang Kristiani
merupakan sebuah komitmen etis. Perbedaan etika Kristiani dengan agama lain
adalah etika ini mengajak individu untuk masuk ke dalam riwayat kitab suci.
Menurut Sherwood, dalam Kristen,
hukum moral merupakan bagian tertinggi etika sebagai petunjuk praktis yang
dijadikan sebagai parameter deontologis apa yang harusnya dilakukan seorang
anak manusia. Bibel sendiri mengandung banyak ajaran tentang cinta dan
keadilan, etika yang mencakup standar, tanggung jawab terhadap konsumen,
pesaing, aturan praktis dan sebagainya. Semua ajaran tersebut menuntun
seseorang tapi tidak pernah bisa memberikan jalan pasti apa yang harus
dilakukan seseorang pada tataran praktis.
4.
Hubungan antara etika bisnis
kristen dan budaya Romania
Nilai dan kebajikan Kristen Romania
berbeda dengan budaya Kristen lainnya karena filosofi etikanya merupakan sebuah
percampuran di mana terjadi perbauran dan asimilasi bangsa-bangsa yang datang
dari empat penjuru.
Pada masa sekarang, budaya Romania
membedakan antara narrow morality dan broad morality. Narrow
morality merupakan kelompok kerja lebih kecil yang mendukung orang-orang
untuk berkembang sebebas mungkin. Sedangkan broad morality merupakan
moral kelompok yang mana individu bisa mengaplikasikan pandangan moralnya yang
unik sehubungan dengan ide dan tujuan hidup.
5.
Perbandingan prinsip etika bisnis
Turki dan Romania
Islam dan Protestan memiliki
kesamaan prinsip-prinsip etika bisnis. Persamaan tersebut bisa dilihat pada
ajaran keduanya dan juga pada prinsip etika yang dianut negara dengan agama
tersebut di dalamnya (Turki dan Romania). Persaman tersebut antara lain:
a.
Ajaran Islam dan Kristen tentang
seorang pebisnis harus menjadikan moral sebagai upaya pengembangan diri.
b.
Kesamaan prinsip responsibility
pada Islam Turki dengan prinsip witnessing pada Kristen Romania.
c.
Pandangan terkait kekayaan dan
keuntungan bisa kapan saja menjadi iblis yang menyesatkan manusia.
Disamping memiliki
persamaan-persamaan di atas, nilai dan prinsip etika Islam dan Kristen ternyata
juga berbeda dalam sejumlah hal, yaitu:
No
|
Islam (Turki)
|
Kristen (Romania)
|
1
|
Etika kerja
Islam belum dipahami secara benar dan bahkan mungkin diabaikan dalam hal
penelitian manajemen dan organisasi. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya
akses literatur.
|
Hal ini
tidak terjadi pada etika kerja Kristen.
|
2
|
Islam
menawarkan regulasi kehidupan yang pasti tanpa melupakan perspektif
spiritualnya. Dalam Islam, kerja merupakan inti dari keimanan sekaligus
sebagai bagian esensial dari kehidupan.
|
Dalam hal
kerja Kristen lebih banyak menekankan pada petunjuk umum kehidupan yang tidak
spesifik dan fokus pada persoalan spiritual.
|
3
|
Bagi kaum
Muslim, al-Qur’an dan Hadis merupakan bagian penting dalam persoalan sosial
politik sehingga etika kerja Islam lebih memperhatikan niat seseorang
daripada hasilnya.
|
Umat Kristen
hari ini tidak tenang dan tidak nyaman ketika keyakinan mereka
dihubung-hubungkan dengan dunia kerja.
|
4
|
Hal ini
tidak nampak sama sekali pada Islam Turki.
|
Pada Kristen
Romania, kemajuan bisnis akan membawa pada prasangka kepada Tuhan
|
5
|
Islam Turki
meyakini kerja keras sebagai kewajiban agama.
|
Kristen
Romania menganggap kehidupan spiritual lebih diutamakan daripada aktivitas
kehidupan dunia.
|
6
|
Islam Turki
melarang sikap tamak dan memandang kemewahan yang berlebihan sebagai perilaku
yang tidak beretika.
|
Bagi umat
Kristen Romania, persoalan ketertarikan yang berlebihan terhadap kekayaan dan
materi bukanlah hal yang positif.
|
D.
Ulasan/ Kritik
Agaoglu dalam artikel ini mencoba
meyakinkan pembaca dan memberikan bukti bahwa etika yang didasarkan pada konvensi
manusia saja tidaklah cuku, bahkan dianggap gagal dalam dunia bisnis. Oleh
karena itu, muncul ketertarikan untuk kembali pada nilai-nilai dan prinspi
agama dan spiritual.
Agaoglu juga lebih melihat aplikasi nilai etis
berbasis agama pada dua wilayah yang berbeda yang menunjukkan bahwa etika pada
dasarnya bisa saja berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain karena ia
tergatung, selain pada agama, juga pada budaya daerah tersebut. Hal ini
dibuktikan dengan sejumlah contoh aplikasinya dan penelitian lain yang
mendukung.
Artikel ini cukup detil dalam
menjelaskan perbandingan etika yang berlaku dan dijalankan di dua daerah yang
memiliki agama dan budaya yang berbeda. Hanya saja, masih ditemukan sejumlah
kekurangan atau ketiklengkapan dalam artikel ini, antara lain:
1.
Penelitian ini merupakan studi
kasus tapi tidak disebutkan atau dijelaskan metodologi penelitian yang
dilakukan. Apakah survei, observasi, wawancara, dokumentasi, atau studi
pustaka.
2.
Penelitian ini menyebutkan bahwa
pemilihan Kristen Romania sebagai objek karena filosofi etika Kristen ini
terbentuk dari percampuran bangsa-bangsa dari empat penjuru, namun tidak
menjelaskan kenapa Islam yang dipilih adalah Islam Turki.
3.
Artikel ini menyatakan bahwa
persoalan etika modern dapat dijawab lewat metodologi usul fiqh tapi tidak
dijelaskan secara rinci atau setidaknya digambarkan secara umum bagaimana
persoalan tersebut bisa diselesaikan dengan usul fiqh.
4.
Praktik etika bisnis Islam
memerlukan fleksibilitas dan pengujian detil terhadap beragam situasi dan
berbagai faktor kontekstual. Pertanyaan yang kemudian muncul dari pernyataan
ini adalah fleksibilitas dalam hal apa yang dibutuhkan? Fleksibilitas tanpa
batas atau fleksibilitas dengan batasa tertentu? Jika fleksibilitas yang
dimaksud terbatas, apa yang membatasinya? Selain itu, bagaimana mewujudkan
fleksibilitas tersebut?
5.
Lima nilai utama dalam etika Islam
Turki tidak dijabarkan perubahannya. Apakah lima nilai ini sudah ada sebelumnya
lalu kemudian perubahan yang terjadi adalah kelima poin tersebut menjadi nilai
utama atau sebelumnya lima poin tersebut tidak ada kemudian perkembangan
membuat lima poin itu menjadi ada?
6.
Nilai dan prinsip etika Islam Turki
dijelaskan satu per satu, sedankan nilai dan prinsip etika Kristen Romania
tidak. Pada bagian etika Kristen Romania hanya disebutkan ada dua moralitas
yang diakui di Romania yaitu narrow morality dan broad morality.
Pada bagian ini tidak dijelaskan nilai dan prinsip apa saja yang ada dalam dua
jenis moralitas tersebut. Apakah mengandung lima unsur seperti pada Islam Turki
atau tidak? Apakah unsur yang ada pada Kristen Romania lebih spesifik dan lebih
baik daripada Islam Turki atau tidak?
E.
Kesimpulan
Etika bisnis sebagai bagian penting
bisnis internasional harus ditopang oleh dasar yang kuat yaitu spiritualitas
dan agama. Beragam agama dan budaya akan memunculkan etika bisnis yang berbeda
pula meskipun pada dasarnya setiap agama dan budaya tersebut punya ajaran yang
sama tentang penolakan segala hal yang tidak beretika.
Etika berbasis agama dan budaya
yang dilihat di sini adalah Islam (Turki) dan Kristen (Romania). Pada sebagian
aspek, keduanya memiliki sejumlah kesamaan nilai dan prinsip etika bisnis. Hanya
saja, banyak aspek berbeda satu sama lain. Salah satu yang paling penting
adalah bahwa dalam Islam terdapat petunjuk praktis untuk setiap kasus terkait
etika bisnis sementara dalam Kristen yang ada hanya petunjuk umum saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar